Senin, 04 Oktober 2010

Senggenggam Biji Padi - 4 Sikap Manusia dalam menerima Dhamma

Senggenggam Biji Padi - Sikap dalam menerima Dhamma


Alkisah pada suatu ketika seorang anak petani bermain-main dengan segenggam benih padi. Anak ini kemudian bermain di sebuah jalan aspal yang membelah sebuah lahan pertanian yang sangat subur milik ayahnya. Kemudian dilemparnya semua benih padi dalam genggamannya ke atas. Maka berhamburlah benih padi yang siap tanam tadi ketika terbawa angin di udara. Ketika berhamburan inilah kemudian benih padi tersebut jatuh di tempat yang berbeda.

Pertama, ada sebagian biji padi ini kemudian jatuh di atas jalan keras yang beraspal. Benih ini tentunya tidak akan tumbuh dan berbuah di atas jalan aspal yang keras. Lalu kemudian benih ini dilindas mobil atau dimakan burung-burung. Sangat disayangkan benih ini tersia-siakan.

Kedua, ada sebagian lagi kemudian terjatuh di atas bebatuan yang bercampur sedikit tanah di tepi jalan aspal ini. Benih ini kemudian tumbuh karena masih ada sedikit tanah di sana. Tetapi karena kondisi tanah yang sedikit dan berbatu ini, maka akarnya tidak bisa menembus kerasnya batu sehingga kemudian tanaman padi ini tidak tumbuh dengan baik dan akhirnya mati sebelum besar.

Ketiga, sebagian lagi jatuh di sepanjang tepi jalan yang penuh dengan ilalang dan semak semak. Karena tanah yang subur, maka benih padi ini kemudian bertumbuh dengan lebih baik. Bahkan akarnyapun mampu menembus cukup kuat ke dalam tanah. Maka tumbuhlah tanaman padi hingga dewasa. Tetapi tumbuhan ini kemudian tumbuh dengan kurang baik, bahkan tidak mampu menghasilkan bulir padi karena kekurangan makanan sebab harus bersaing dengan ilalang dan semak belukar yang lebih banyak. Meskipun tumbuh dan berkembang tetapi karena kekurangan makanan maka akhirnya tanaman padi inipun mati tanpa menghasilkan bulir padi.

Keempat, sebagian lagi tersebar di atas petak sawah yang siap tanam. Karena tanah yang subur maka benih padi ini bertumbuh menjadi tanaman padi. Tanaman padi inipun kemudian tumbuh menjadi sangat subur dan menghasilkan bulir padi yang cukup besar dan sehat. Hal ini disebabkan semua nutrisi dalam tanah hanya dipakai untuk menumbuhkan tanaman padi ini.

Demikianlah kisah perjalanan segenggam benih padi yang jatuh pada berbagai kondisi dan mengakibatkan berbagai hasil yang berbeda-beda. Bayangkan benih padi yang ditebarkan tersebut adalah Buddha Dhamma yang diajarkan dan dibabarkan di depan banyak orang. Kemudian keempat kondisi di atas menggambarkan kondisi dan sikap seseorang dalam menerima Buddha Dhamma. Marilah kita amati bersama persamaan yang mungkin bisa mewakili empat sikap manusia dalam menanggapi Buddha Dhamma yang diajarkan kepadanya.

Pertama, adalah kondisi orang yang sama sekali tidak menyakini akan kebenaran dan manfaat dari kebaikan yang diajarkan. Hati orang seperti ini ibarat jalanan aspal yang keras dan tidak akan mungkin menjadikan Dhamma tumbuh di dalamnya. Dhamma yang diajarkan kepada orang yang tidak yakin, akan tidak dapat dicerna oleh orang tersebut. Hal ini disebabkan karena ketidakyakinan dan adanya sikap menolak dalam dirinya. Bahkan seringkali sikap yang ditampilkan adalah sikap yang meremehkan keberadaan Buddha Dhamma. Oleh karena itulah Dhamma yang disampaikan pada orang yang tidak menyakini Buddha Dhamma, akan disia-siakan olehnya dan tidak akan menimbulkan bekas apapun dalam diri orang tersebut.

Kedua, adalah kondisi orang yang meskipun keyakinan yang cukup atas kebenaran Buddha Dhamma dalam dirinya tetapi belum bisa mempraktikkannya. Orang seperti ini seringkali mendengarkan
Buddha Dhamma dan merasa senang dengan keindahan dari apa yang diceritakan. Tetapi ketika diminta untuk melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari akan selalu mengatakan bahwa hal ini sulit dilaksanakan dalam kehidupan ini. Dhamma bagi mereka adalah sebuah keindahan yang bisa dimengerti tetapi sangat sulit untuk dijalankan. Orang yang mempunyai sikap seperti ini akan hanya meletakkan kebenaran Buddha Dhamma dalam pemenuhan ego pemikiran saja dan menjadikan Buddha Dhamma hanyalah sebagai sebuah hiburan intelektual. Atau sebagai hiburan ketika sedang mengalami masalah saja. Memang Buddha Dhamma seakan-akan tumbuh dalam dirinya tetapi sebenarnya Dhamma ini tidak dapat dipahaminya dengan baik. Mereka tidak akan pernah bersungguh-sungguh menjalankan dan membuktikannya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itulah maka orang seperti ini tidak akan mendapat manfaat Buddha Dhamma. Ini seperti akar tanaman padi yang tidak mampu menembus kerasnya hati yang tidak terbuka terhadap Dhamma. Orang seperti ini hanya akan membuka pikirannya saja terhadap Dhamma tetapi tidak mau membuka hatinya dalam menerima ajaran Buddha Dhamma.

Ketiga, adalah kondisi orang yang menyakini kebenaran Buddha Dhamma tetapi kurang bijaksana akibat masih tertutup `awan' egoisme. Kepercayaan dan keyakinan orang ini sangat kuat sehingga dia mampu melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan merasakan manfaatnya, tetapi karena kurang bijaksana dalam menilai sebuah kebenaran, maka kemudian dia terperangkap dalam konsep-konsep kebenaran itu sendiri. Sehingga orang yang seperti ini kemudian memiliki pengertian yang salah dalam menerapkan Buddha Dhamma. Dalam pikirannya, banyak sekali konsep dan pengertian yang telah menyimpang dan dia tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Orang seperti ini akan selalu terikat oleh konsepsi pemikiran pertama yang diciptakan dan diyakininya sendiri akibat ego (ke-aku-annya). Bahkan dalam kasus yang paling parah dapat dilihat pada seorang yang fanatik. Seorang yang begitu mempercayai kebenaran yang diyakini kemudian berusaha mati-matian mempertahankan pengertiannya yang salah itu. Memang pada awalnya Dhamma ini berkembang dalam dirinya sampai akhirnya menimbulkan sebuah keyakinan yang cukup mendalam terhadap satu sisi kebenaran yang mampu dibuktikannya. Tetapi karena tidak hati-hati akhirnya dia terjebak dalam pemikiran yang mengandung Lobha, Dosa, dan Moha. Dan karena pemikiran ini lebih dominan sehingga Buddha Dhamma yang murni seakan-akan tenggelam dalam kesombongan pikirannya sendiri. Oleh karena itu maka akhirnya pengertiannya yang salah ini membuat orang tersebut terseret dalam semak-semak pemikiran yang ruwet, dan dia tidak akan mendapatkan kebenaran lain yang lebih tinggi.

Keempat, adalah kondisi orang yang memiliki keyakinan dan kebijaksanaan dalam mendengar, mengerti, memahami dan melaksanakan Buddha Dhamma. Karena pikirannya bersih dari semak-semak pikiran yang tidak benar maka Buddha Dhamma yang hadir dalam hatinya dapat diterima dengan jelas dan benar. Kekosongan lahan sawah yang ada ibarat kemurnian/kebersihan hati dan pikiran seseorang ketika mempelajari Buddha Dhamma. Sikap yang rendah hati dalam menerima sebuah ajaran Buddha Dhamma dengan mengakui dan mengetahui adanya semak dan ilalang pengertian salah dalam dirinya akan mengantarkan dia pada sikap yang selalu berusaha membersihkan pikirannya dari pengertian yang salah. Sama halnya dengan para petani yang selalu mencabut ilalang yang tumbuh di tengah tanaman padi mereka karena mengetahui bahwa semua ilalang ini tidak ada gunanya bagi mereka. Para petani akan bisa membedakan mana tanaman padi mana tanaman rumput ilalang sejak dari masih kecil. Kebijaksanaan ini tentunya didasari oleh pengetahuan yang benar. Dengan cara seperti inilah maka Buddha Dhamma akan berkembang dengan subur dalam diri kita. Dan dengan demikian pula maka kita akan dapat manfaat yang lebih banyak dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dari perjalanan segenggam benih padi ini, kita seharusnya mulai menilai sampai di manakah posisi kita sendiri dalam cerita di atas? Apakah masih sekeras jalan beraspal? ataukah selunak tanah sawah yang subur? Nilailah diri anda dengan kejujuran dan kerendahan hati sehingga anda bisa mempersiapkan diri anda menjadi sebuah lahan subur bagi bertumbuhnya Dhamma. Dan jadilah petani yang bijaksana yang berusaha menjaga agar lahan sawahnya tidak dikotori oleh benih ilalang yang tidak bermanfaat dan dapat menyebabkan benih padi kita tidak mampu berbuah. Semoga dengan mengetahui kondisi dan situasi dalam mengambil sikap terhadap Buddha Dhamma, kita semua bisa memperbaiki sikap kita dalam belajar.

Semoga dengan mengambil sikap yang tepat kita mampu menyelami dan mengenal Buddha Dhamma yang sesungguhnya. Semoga dengan ini kita bisa hidup lebih berbahagia.

Sumber: kisah buddhist group

Monyet dan kacang'y

Dari sebuah artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.

Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Teman, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.

Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Dan, kita pun tahu surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang hatinya bersih.

Sumber: http://www.iloveblue.com/bali_gaul_funky/artikel_bali/detail/2627.htm

Selasa, 14 September 2010

Metta ( cinta kasih universal tanpa batas )

Oleh: Yang Mulia Ajahn Sumedho



Dalam bahasa Inggris, kata “Love” sering mengacu pada “sesuatu yang saya sukai”. Misalnya, “saya suka nasi yang lembek”, “saya suka mangga yang manis”. Artinya kita memang sungguh-sungguh menyukainya. Menyukai berarti menjadi melekat kepada sesuatu, seperti makanan misalnya, yang memang benar-benar kita sukai ataupun kita nikmati.

Metta berarti Anda mengasihi musuh-musuh Anda; hal ini tidak berarti Anda menyukai musuh-musuh Anda. Jika seseorang bermaksud membunuh Anda dan Anda berkata, “Saya menyukai dia”, ini adalah suatu ketololan! Akan tetapi kita dapat mengasihi mereka, yang berarti kita dapat menjauhkan diri dari pikiran-pikiran buruk dan kedengkian, dari berbagai keinginan untuk melukai atau membinasakan mereka. Meskipun Anda mungkin tidak menyukai orang tersebut - orang celaka dan keji itu - Anda dapat tetap bersikap baik, murah hati, serta toleran terhadap mereka. Jika seorang pemabuk masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan kumal dan menjijikan, buruk dan berpenyakit, dan tiada suatu apapun yang menarik pada dirinya, kita mengatakan, “Saya menyukai orang ini”, tentu itu hal yang menggelikan. Tetapi seseorang biasa mengasihinya, tidak antipati, tidak terperangkap dalam reaksi atas keadaannya yang tidak menyenangkan. Itulah yang kita maksud dengan metta. Kadang-kadang terdapat hal-hal yang di dalam diri kita sendiri yang tidak kita sukai, tetapi Metta berarti tidak terperangkap di dalam pikiran-pikiran kita tersebut, sikap-sikap tersebut, problem-problem tersebut, bentuk-bentuk pikiran serta perasaan-peerasan dari batin tersebut. Dengan demikian hal ini secara langsung akan menjadi suatu latihan untuk memiliki perhatian/kesadaran.

Memiliki perhatian/kesadaran berarti memiliki Metta terhadap perasan takut yang ada di dalam batin, terhadap kemarahan, ataupun terhadap kecemburuan/keiri-hatian. Metta berarti tidak menciptakan masalah-masalah disekitar kondisi-kondisi yang ada, membiarkan mereka mereda, dan lenyap. Sebagai misal, bilamana rasa takut/cemas memenuhi batin Anda, Anda dapat memiliki Metta bagi rasa takut tersebut - yang berarti Anda tidak membangun perasan benci terhadap rasa takut itu, Anda dapat hanya menerima kehadirannya dan membiarkannya untuk berlalu dan lenyap. Anda juga dapat mengurangi rasa takut tersebut dengan memahaminya bahwa itu adalah perasaan takut yang sama seperti yang dimiliki oleh setiap orang, juga oleh binatang-binatang. Perasan takut itu bukan milikku, ia bukan suatu makhluk (suatu peribadi), ia merupakan perasaan takut yang impersonal. Kita kemudian mulai memiliki rasa belas kasihan terhadap makhluk hidup lainnya bila kita memahami penderitaan yang berkatain dengan reaksi terhadap perasan takut dalam kehidupan kita sendiri -seperti misalnya kesakitan, rasa sakit pada jasmani bila ditendang oleh seseorang. Rasa sakit tersebut persis sama seperti rasa sakit seekor anjing bilamana ia ditendang. Karena itu Anda dapat memiliki Metta terhadap rasa sakit, yang berarti suatu niat baik atau ke4sabaran untuk tidak berdiam di dalam kebencian (merasa benci/dongkol). Kita dapat bekerja dengan Metta secara internal, dengan semua masalah-masalah emosional kita; Anda berpikir, “Aku akan mengenyahkannya, hal tersebut mengerikan”. Itu berarti Anda tidak memiliki Metta bagi diri Anda sendiri bukan? Kenalilah keinginan: “untuk mengenyahkan” itu! Janganlah berdiam di dalam kebenciaan/kedongkolan terhadap kondisi-kondisi emosional yang muncul. Anda tidak harus berpura-pura untuk merasa membenarkan/menyetujui akan kesalahan-kesalahan Anda. Anda tidak usah berpikir, “Aku menyukai kesalahan-kesalahanku”.

Sebagian orang cukup tolol dengan mengatakan, “Kesalahan-kesalahanku membuat diriku menarik. Saya adalah sosok pribadi yang menarik dikarenakan oleh kelemahan-kelemahanku”. Metta tidak mengkondisikan Anda untuk mempercaia bahwa Anda menyukai sesuatu yang sama sekali tidak Anda sukai, ia hanyalah berarti untuk tidak berdiam di dalam kebencian. Adalah mudah untuk memiliki Metta terhadap sesuatu yang anda sukai - anak kecil yagn manis, orang-orang yang cakep, orang-orang yang berperilaku manis, anjing kecil, bunga yang indah - kita dapat memiliki metta terhadap diri kita sendiri bilamana kita sedang merasa senang/enak. “Sekarang saya merasa bahagia terhadap diri saya sendiri”. Bilamana semuanya berjalan lancar, kita akan mudah merasa senang/baik terhadap sesuatu yang bagus, indah, dan cantik. Pada titik ini kita bisa tersesat. Metta bukan hanya harapan-harapan atau kemauan-kemauan baik, perasaan/kenangan yang menynangkan, pikiran-pikiran berbudi baik; tetapi Metta adalah suatu hal yang bersifat praktis. Jika Anda menjadi telalu idealis, dan Anda membenci seseorang, lantas anda merasa “Aku tidak seharusnya membenci siapapun. Umat Buddha haruslah memiliki Metta bagi semua makhluk hidup. Saya seharusnya mengasihi setiap orang”.

Memiliki Metta terhadap kebenciaan yang Anda rasakan, terhadap berbagai bentuk pikiran, keirihatian, kedengkian, berarti berbaur bersama-sama secara dalami/tenang, tidak menciptakan masalah-masalah, tidak menjadikannya sulit, pun tidak menciptakan kesulitan yang timbul didalam kehidupan, didalam batin dan jasmani kita. Di London, saya biasanya menjadi sangat kalap saat berpergian dengan kereta bawah tanah. Saya dahulu membencinya, stasiun kereta bawah tanah yang mengerikan itu dengan poster-poster iklan menyeramkan serta kerumunan orang yang demikian padat diatas kereta-kereta buram, oenbuh ornamen yangmeraung-raung di sepanjang terowongan. Saya dahulu merasa betul-betul tidak memiliki metta (kesabaran yang luhur). Saya dahulu selalu berdiam didalam kebencian (merasa benci) terhadapnya, kemudian saya memutuskan untuk berlatih meditasi kesabaran yang luhur (metta-bhavana) selagi bepergian dengan kerea bawah tanah London. Selanjutnya saya mulai benar-benar menikmatinya dan tidak lagi berdiam di dalam kedongkolan. Saya mulai merasa senang/manis-budi terhadap orang-orang disana. Rasa dongkol dan keluh-kesah tersebut sirna semuanya, secara total. Bila Anda merasa muak kepada seseorang, Anda dapat memperhatikan kecenderungan yang mulai ditambahkan kepadanya; “Dia melakukan hal ini dan hal itu, dan dia seharusnya begini dan tidak seharusnya begitu”.

Selanjutnya bila Anda sungguh-sungguh menyukai seseorang, Anda berpikir, “Dia boleh melakukan hal ini dan hal itu. Dia baik serta manis budi”. Akan tetapi bila seseorang mengatakan, “Orang itu sungguh-sungguh buruk!”, Anda akan marah. Bila anda membenci seseorang dan orang lain memujinya, Anda juga menjadi marah, Anda tidka ingin mendengar betapa baiknya musuh Anda. Bila Anda dipenuhi dengan kemarahan, Anda tidak dapat membayangkan bahwa seseorang yagn Anda benci mungkin memiliki beberapa sifat kebajikan; bahkan seandainya mereka sungguh-sungguh memiliki beberapa sifat-sifat baik pun, Anda tidak pernah dapat mengingatnya sedikitpun. Anda hanya dapat mengingat semua hal-hal buruk itu. Bilamana Anda menyukai seseorang; bahkan kesalahan-kesalahannya dapat Anda toleransi atau maklumi -kesalahan-kesalahan kecil yang tidak membahayakan. Jadi kenalilah hal ini dalam pengalaman Anda sendiri, amati kekuatna rasa suka dan tidak suka tersebut. Kesabaran yang luhur, Metta, merupakan alat yang sangat berguna dan efektif untuk menghadeapi segala macam hal yang sepele (tak berguna) yang dibentuk oleh pikiran terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan. Metta juga merupakan cara yang amat bermanfaat (tepat) bagi mereka yang mempunyai perasaan diskriminasi dan kritis. Mereka yang hanya dapat melihat kesalaha-kesalahan dalam setiap hal; tetapi mereka tidak pernah melihat pada diri mereka sendiri; mereha hanya melihat apa yang “di luar sana”.

Dewasa ini sudah sangat jama/ biasa untuk selalu mengeluh tentang cuaca atau pemerintah. Kepongahan pribadi menciptakan komentar-komentar yang buruk/keji terhadap tentang segala hal; atau Anda mulai membicarakan seseorang yang tidak ada di dekat Anda, menjelek-jelekannya, degnan begitu cerdanys dan begitu objektifnya. Anda menjadi begitu analitis, Anda mengetahui apa yang harus dilakukan oelhnya dan apa yang seharusnya tidak dia lakukan, serta kenapa dia berbuat begini atau begitu. Sangat mengesankan memiliki pikiran yang tajam dan kritis seperti itu, serta mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Sudah tentu Anda mengatakan, “Sungguh-sungguh, saya jauh lebih baik daripada dia”. Anda bukannya harus membutakan diri Anda terhadap kesalahan-kesalahan serta cacat-cacat dalam segala hal, Anda cukup dengan damai/tenang berbaur bersama-sama mereka. Anda tidak menuntut bahwa hal itu haus terjadi yang sebaliknya. Jadi Metta kadang-kadang perlu memaafkan apa yang salah atau tidak beres dengan diri Anda dan juga orang lain. Ini tidak berarti bahwa Anda tidak memperhatikan hal-hal tersebut, tetapi ini berarti bahwa Anda tidak membuat masalah-masalah diseputar hal-hal tersebut. Anda menghentikan kebiasaan-kebiasaan semacam itu dengan cara bermanis budi serta bersabar - berbaur bersama dengan damai/tenang.

[Judul : Mindfulness: The Path to the Deathless, Amaravati Publication 1987. Dikutip dari Mutiara Dhamma VI.]]

Rabu, 08 September 2010

Pertanyaan umat ttg Paritta Suci dan ke Vihara

Seorang Umat bertanya kepada Bhante :

Apakah fungsinya kita ke Vihara atau sering membaca paritta suci? Karena di dalam Buddhist, keadaan seseorang bukan berdasarkan seringnya 'berdoa' melainkan timbangan karma baik dan buruk.



Jawaban dari Bhante Uttamo sebagai berikut:

Memang benar bahwa semua perilaku atau karma sendiri itulah yang akan menentukan kebahagiaan dan penderitaan seseorang. Justru itulah, pergi ke vihara dan membaca paritta juga termasuk karma baik. Disebutkan dalam Manggala Sutta bahwa "Mendengarkan dan berdiskusi Dhamma adalah Berkah Utama". Artinya, seseorang pergi dan mengikuti kebaktian di vihara, ia sebenarnya mempunyai kesempatan untuk mendengarkan dan berdiskusi Dhamma. Keduanya adalah merupakan perilaku yang diajurkan dalam Buddha Dhamma.

Hal ini karena ketika ia sedang membaca paritta yang berisikan kotbah Sang Buddha, ia sesungguhnya sedang mendengarkan Dhamma yang diuraikan oleh Sang Buddha. Kalaupun ia tidak memahami isi paritta yang dibacanya karena keterbatasan bahasa, selama ia membaca paritta, ia masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan kebajikan melalui pikiran, ucapan serta perbuatannya.

Apalagi bila ia telah dapat mengerti isi paritta yang dibacanya, maka tentunya akan bangkit semangatnya untuk selalu memperbaiki perilaku hidupnya sesuai dengan petunjuk Sang Buddha yang terdapat dalam paritta tersebut. Inilah tambahan karma baik selain membaca paritta di saat kebaktian di vihara. Dengan menambah kebajikan sebanyak yang mampu dikerjakan, seseorang akan mempunyai kondisi untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya.

Semoga penjelasan ini dapat memberikan manfaat.
Salam metta,
B. Uttamo

Rabu, 25 Agustus 2010

Kisah Devadatta

DHAMMAPADA XII, 6

Suatu hari beberapa bhikkhu sedang bercakap-cakap diantara mereka sendiri, kemudian Sang Buddha tiba dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan.

Mereka menjawab bahwa mereka sedang berbicara tentang Devadatta dan kemudian mereka melanjutkan, "Bhante, Devadatta adalah sungguh seorang yang tidak mempunyai moralitas, ia juga sangat serakah. Ia berusaha memperoleh keterkenalan dan keberuntungan dengan mengambil kepercayaan Ajatasattu dengan cara tidak jujur. Ia juga berusaha meyakinkan Ajatasattu bahwa dengan membebaskan diri dari ayahnya, ia akan menjadi raja besar. Hasutan Devadatta dapat mempengaruhi Ajatasattu, sehingga Ajatasattu membunuh ayahnya, raja yang mulia Bimbisara. Devadatta juga telah mencoba tiga kali untuk membunuh-Mu, Guru kami yang mulia. Devadatta adalah benar-benar sangat jahat dan tidak dapat diperbaiki".

Setelah mendengarkan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan pada mereka bahwa Devadatta telah mencoba membunuhnya tidak hanya pada kehidupan sekarang tetapi juga pada kehidupan yang lampau. Sang Buddha kemudian menceritakan tentang pemburu rusa.

"Saat itu, ketika Raja Brahmadatta berkuasa di Baranasi, Buddha yang sekarang ini hidup sebagai seekor rusa, dan Devadatta saat itu adalah seorang pemburu rusa. Suatu hari, pemburu rusa melihat jejak kaki rusa di bawah sebatang pohon. Kemudian ia mengambil sebatang bambu pada pohon tersebut dan menunggu dengan tombak yang diarahkan ke rusa. Rusa tersebut datang tetapi ia datang dengan hati-hati. Pemburu rusa melihatnya ragu-ragu, dan melemparkan beberapa buah-buahan untuk membujuknya. Tetapi hal itu membuat rusa waspada. Ia terlihat lebih hati-hati dan mengetahui ada pemburu rusa pada dahan pohon. Rusa itu pura-pura tidak melihat pemburu tersebut dan berbalik dengan lambat.

Dari jarak tertentu, rusa berseru: "Oh, pohon, kamu selalu menjatuhkan buah-buahmu secara vertikal, tetapi hari ini kamu telah menentang hukum alam dan telah menjatuhkan buah-buahmu secara miring. Sejak kamu menentang hukum alam dari pohon, saya akan meninggalkanmu untuk berpindah ke pohon lain".

Melihat rusa tersebut berbalik pergi, pemburu melempar tombaknya ke tanah dan berkata, "Ya, kamu sekarang dapat berpindah, untuk hari ini saya telah salah perhitungan".

Rusa tersebut yang adalah calon Buddha menjawab, "O pemburu, kamu benar-benar salah perhitungan hari ini, tetapi perbuatan (kamma) burukmu tidak akan keliru, hal ini akan selalu mengikutimu".

Jadi, Devadatta tidak saja mencoba membunuhku sekarang tetapi juga di masa lalu, tetapi ia tidak pernah berhasil.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan, "Para bhikkhu! Seperti tanaman menjalar mengelilingi pohon tempat ia berada, demikian juga ia yang tidak mempunyai moral, akan dikuasai oleh nafsu keinginan, akhirnya akan terlempar ke alam neraka (niraya)".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 162 berikut:

Orang yang berkelakuan buruk adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala. Ia akan terjerumus sendiri, seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya.

***

Sumber:

Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor), Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.

Senin, 23 Agustus 2010

Hormati Buddha, Anjing Kecil Ber-anjali

Hormati Buddha, Anjing Kecil Ber-anjali


Bhiksu Joei Yoshikuni di Vihara Shuri Kannondo di Okinawa, Jepang, memelihara seekor anjing kecil. Anjing kecil bernama Conan yang berusia 1,5 tahun itu ternyata bisa meniru gerakan bersujud dan ber-anjali menghormat pada Buddha seperti yang dilakukan tuannya. Ketika berita menarik ini tersebar, dengan segera mengundang kedatangan banyak turis.
Conan merupakan anjing yang cerdas, gerakan penghormatan pada Buddha itu hanya dikuasainya dalam waktu beberapa hari. Bhiksu Joei Yoshikuni menjelaskan bahwa Conan biasanya selalu mengikuti kegiatan kebaktian pagi dan sore. Selain porsi normal makan pagi dan malam yang dipersiapkan untuknya, tak ada makanan ekstra untuk Conan agar bersedia melakukan gerakan ritual Buddhis itu. Dengan kata lain, itu semua adalah gerakan alamiah tanpa ada unsur iming-iming.

Bhiksu Joei Yoshikuni kini sedang mengajari Conan untuk bermeditasi, ya sudah tentu bukan meditasi sebenarnya seperti yang kita lakukan. Bhiksu Joei Yoshikuni menjelaskan, “Yang saya lakukan adalah mencoba membuatnya duduk tak bergerak selama saya bermeditasi. Sudah tentu ia tak mungkin bisa duduk bermeditasi dengan melipat kaki seperti yang kita lakukan.”
=======================================================
NB: Tampaknya ini bukan sekedar menyangkut masalah kecerdasan atau keajaiban, melainkan cenderung menunjukkan pada umat manusia bahwa kehidupan masa lalu itu memang ada dan nyata.

Jumat, 13 Agustus 2010

Pertanyaan umat ttg kegiatan sehari hari

Seorang Umat bertanya kepada Bhante :

" Sebagai umat Buddhist yang baik, apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari agar hidup ini tidak habis sia-sia ? "



Jawaban dari Bhante Uttamo sebagai berikut:

" Adalah niat yang sangat baik untuk mengisi kehidupan ini dengan berbagai hal yang bermanfaat. Dalam Dhamma, mengisi kehidupan ini dapat dilakukan dengan melaksanakan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi.


Kerelaan dimulai dari hal yang bersifat materi. Artinya, seseorang dapat berlatih membagikan kebutuhan pokok berupa pakaian, makanan, obat maupun tempat tinggal serta berbagai kebutuhan hidup lainnya kepada mereka yang memerlukannya. Latihan berikutnya adalah merelakan keakuan yaitu dengan belajar sabar, memberi maaf, memperhatikan kebutuhan orang lain dsb. Dengan melaksanakan kedua tahap kerelaan ini, seseorang akan mampu menerima orang lain sebagaimana adanya. Ia mampu mengerti setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tahap ini akan bermanfaat untuk mengisi kehidupan sehari-hari dengan berdamai pada diri sendiri maupun fihak lain.

Kemoralan dilaksanakan dengan berusaha menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan serta mabuk-mabukan. Dengan melaksanakan kemoralan, seseorang akan dilatih untuk disiplin dalam pengendalian ucapan maupun perbuatan. Kemoralan akan memberikan rasa percaya diri dan menghindarkan diri dari kesalahan kepada lingkungan.

Konsentrasi adalah latihan memusatkan pikiran pada segala sesuatu yang sedang dikerjakan maupun diucapkan. Latihan ini dilakukan dengan membiasakan diri memusatkan pikiran pada obyek tertentu, misalnya proses masuk keluarnya pernafasan yang mengalir secara alamiah. Latihan konsentrasi ini dapat rutin dilakukan setiap pagi bangun tidur dan malam menjelang tidur.


Ketiga pelaksanaan Dhamma ini saling berkaitan dan membentuk kedamaian dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Dengan demikian, upaya mengisi kehidupan ini dapat bermanfaat dan membahagiakan diri sendiri maupun fihak lain bahkan semua mahluk. Inilah upaya mulia memanfaatkan waktu kehidupan tanpa menyia-nyiakannya.

Semoga jawaban ini dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan.
Salam metta,
B. Uttamo "

Selasa, 27 Juli 2010

Enam pertanyaan penting

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..Lalu beliau

mengajukan enam pertanyaan...Pertama..."Apa yang paling dekat

dengan diri kita di dunia ini...???"Murid-muridnya ada yang menjawab..."orang

tua", "guru", "teman", dan"kerabatnya"...Sang Guru menjelaskan semua

jawaban itubenar...Tetapi yang paling dekat dengan kita

adalah "kematian".. .Sebab kematian adalah PASTI adanya..... Lalu Sang Guru

meneruskan pertanyaan kedua..."Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia

ini...???"Murid-muridnya ada yang menjawab..."negara

Cina", "bulan", "matahari", dan"bintang-bintang" ... Lalu Sang Guru

menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar...Tapi yang

paling benar adalah "masa lalu"...Siapa pun kita... bagaimana pun

kita...danbetapakayanya kita... tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa

lalu...Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga..."Apa yang paling

besar di dunia ini...???"Murid-muridnya ada yang menjawab"gunung", "bumi",

dan "matahari".. . Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ... Tapi yang

paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...Banyak manusia menjadi

celaka karenamemperturutkan hawa nafsunya...Segala cara dihalalkan demi

mewujudkan impian nafsu...Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu

ini... jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan

duniadan akhirat)... Pertanyaan keempat adalah..."Apa yang paling berat di

dunia ini...???"Di antara muridnya ada yang menjawab..."baja", "besi",

dan "gajah"..."Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru ..tapi yang

paling berat adalah "memegang amanah"... Pertanyaan yang kelima

adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"Ada yang

menjawab "kapas", "angin", "debu",

dan"daun-daunan" ..."Semua itu benar...", kata Sang Guru... tapi yang paling

ringan di dunia ini adalah "meninggalkan Kebajikan"... Lalu pertanyaan keenam

adalah..."Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"Murid-muridnya

menjawab dengan serentak..."PEDANG...!! !""(hampir) Benar...", kata Sang

Gurutetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...Karena melalui lidah,

manusia dengan mudahnyamenyakiti hati... dan melukaiperasaan saudaranya

sendiri... Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingatakan KEMATIAN...

senantiasa belajar dari MASA LALU... dan tidak memperturutkan NAFSU...???

Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun... dengan tidak

MENINGGALKAN Kebajikan.... serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

Semenit saja

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke
Vihara untuk disumbangkan;
namun betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Dhamma selama lima belas menit namun
betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika menjelaskan Dhamma kepada
orang lain (spontan)
namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman
tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra
namun kita mengeluh ketika Dhammadesana di Vihara lebih lama sedikit
daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Dhammapada tapi
betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser
namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di Vihara

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun kamma buruk demi memuaskan nafsu birahi
semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 3 hari ketika
menjalankan atthasila.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk berbuat kebajikan; namun
betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk
event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Tipitaka;
namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang
lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun
betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Tipitaka .

Betapa setiap orang ingin masuk nibbana seandainya tidak perlu untuk
percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan
menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun
kalau ada mail yang isinya tentang kebajikan betapa seringnya kita
ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE.

ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR. ..?
Sebar luaskanlah Sabda Buddha, bersyukurlah kepada Para Dewa dan Naga,
apabila anda tidak memFORWARD pesan ini.
Betapa banyak orang tidak akan menerima pesan ini walau hanya semenit saja?

Sumber : http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=63861&page=6

Minggu, 18 Juli 2010

Ehipassiko

Ehipassiko ..
Come and see you'll know ..
The teaching of peace .. The teaching of love ..
The teaching of the Buddha, it's for all ..
Who want be free .. Forever more ..

Don't Just Believe .. Investigate ..
Do not simply accept .. What you hear or see ..
So don't just agree .. You've got to verify ..
Not even if it's uttered by me ..

When you know that is good .. And it's praise by the wise..
Then live up to it .. The rest of your life ..

Jumat, 02 Juli 2010

Bhikkhu Sangat Di Hormati Tetapi Tidak Di Tiru

Bhikkhu Sangat Di Hormati Tetapi Tidak Di Tiru



Bagi setiap umat Buddha, bhikkhu adalah figur yang sangat dihormati. Bhikkhu dianggap sebagai “simbol” dari kebajikan, simbol keluhuran Dhamma, dan tempat yang meminta nasihat. Kehidupan bhikkhu yang begitu sederhana, selalu berpijak pada peraturan kedisiplinan (vinaya) yang tinggi serta pengabdi yang tak mengenal pamrih ini benar-benar merupakan suri teladan yang sangat dihormati oleh setiap umat Buddha maupun anggota masyarakat yang lainnya.

Aturan-aturan kedisiplinan yang begitu ketat membuat kehidupan seorang bhikkhu menjadi sangat jauh dari segala bentuk kejahatan, tipu muslihat, kelicikan dan dengki. Mereka selalu berusaha untuk membasmi semua bentuk pikiran, ucapan dan perbuatan yang tidak baik dalam dirinya, dan selalu berusaha untuk membangkitkan nilai-nilai kebajikan dari dalam dirinya untuk kemajuan batinnya dan demi kepentingan masyarakat.

Mereka selalu memberikan bimbingan Dhamma, mencerdaskan umat Buddha agar bisa mengerti dan memahami Kebenaran yang diajarkan oleh Sang Buddha, membimbing kita semua agar selalu berjalan dalam Dhamma untuk mencapai kebahagiaan, serta selalu menjadi “kawan” terbaik yang bisa memberikan nasihat di setiap saat kita menghadapi berbagai problema kehidupan.

Oleh karena itu, seorang bhikkhu sangat dihormati oleh setiap umat Buddha. Dimanapun kita menjumpai satu atau beberapa orang bhikkhu, kita tak segan-segan untuk merangkapkan kedua tangan didepan dada – beranjali – sambil menundukkan kepala sebagai perwujudan rasa hormat yang mendalam. Bahkan tidak jarang kita membungkukkan badan, sehingga kepala menyentuh tanah untuk bernamaskara kepada seorang Bhikhu.

Begitu hormatnya seorang umat Buddha kepada bhikkhu, sehingga ia rela bersujud sampai kepala yang sangat dihormatinya itu menyentuh tanah. Umat Buddha sangat menghormati keteladanan yang telah ditunjukkan oleh para bhikkhu melalui praktek kehidupan yang sangat sederhana tetapi penuh dengan keluhuran.

“Bhikkhu memang sangat dihormati, tetapi bhikkhu sangat berbeda dengan guru. Kalau bagi masyarakat Jawa, “guru” itu digugu dan dituru, namun, seorang bhikku hanya digugu tetapi tidak ditiru.” Demikian petikan dari salah sebuah ceramah yang pernah disampaikan oleh Sri Pannavaro Sanghanayaka Thera, bhikkhu muda yang sangat mahir dalam membabarkan Dhamma.

Mengapa bhikkhu hanya digugu tapi tidak ditiru? Meskipun semua orang begitu menghormati bhikkhu, berapa persenkah diantara mereka yang mau meniru kehidupan seorang bhikkhu? Berapa orang diantara sekian juta umat Buddha di Indonesia yang bersedia menjadi bhikkhu? Bhikkhu memang dihirmati, disanjung dan bahkan disujuti, tetapi... masih terlampau sedikit umat yang mau “meniru” kehidupan bhikkhu.

Melepaskan Kebahagiaan Duniawi.

Banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Misalnya berdana kepada mereka yang memerlukan, membangun rumah sakit, mengunjungi panti asuhan, menyokong ayah dan ibu, saling membantu jika ada yang menghadapi kesusahan, memaafkan kesalahan orang lain, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan bajik seperti ini sering kita lakukan dimana dan kapan saja.

Namun, ada satu jenis kebajikan yang mungkin akan sangat sulit dilakukan oleh setiap orang. Tidak semua orang dapat dan mampu melakukannya. Apalagi dalam zaman modern seperti sekarang ini, dimana setiap orang berusaha untuk memenuhi setiap keinginan untuk memuaskan diri pribadi.

Kebajikan yang sangat sulit dilakukan ini hanya dapat ditempuh dengan keinginan yang luar biasa kuatnya, keinginan yang bisa mengalahkan setiap ambisi. Keinginan ini sesungguhnya merupakan keinginan unuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebuh besar dari apa yang bisa dicapai oleh mereka yang enggan menempuh kebajikan ini.

Apakah sesungguh perbuatan bajik yang sangat luar biasa ini?

Kebajikan ini tak lain adalah memutuskan semua keinginan duniawi, mengalahkan setiap godaan nafsu, untuk kemudian memasuki kehidupan sederhana yang sangat minim kebutuhannya – menjalankan kehidupan kebhikkhuan.

Tidak semua orang bisa melakukan kebajikan ini. Sebab terlalu banyak hal yang membelenggu dan mencegah umat manusia untuk memasuki dunia kebhikkhuan. Nafsu keinginan dan keterikatan pada hal-hal duniawi adalah faktor utama yang teramat sulit untuk dipatahkan.

Oleh karena itu, mereka yang mempunyai tekad yang kuat dan berhasil melangkah memasuki kehidupan kebhikkhuan, sesungguhnya merupakan orang-orang yang sangat gigih dan ulet dalam perjuangan moralnya. Orang seperti ini sangat langkah dalam dunia modern sekarang ini.

Dalam kitab suci Dhammapada ayat 103 tercantum sabda Sang Buddha:

“Walaupun seribu kali seseorang apat menakllukkan seribu musuh dalam satu pertempuran, namun orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri sesungguhnya merupakan penakluk terbesar.”

Setiap umat Buddha menyadari hal ini, sehingga mereka semua memberi hirmat yang sangat besar kepada setiap orang yang menjalankan kebhikkhuan. Mereka menghormati bhikkhu karena kemampuannya untuk melepaskan ikatan duniawi, karena kemurniannya dalam menjalankan peraturan hidup sederhana, dan karena bimbingan-bimbingan Dhamma yang diperoleh untuk menuju kebahagiaan.

Kegiatan Bhikkhu Sehari-hari.

Setiap bhikkhu memiliki kewajiban untuk mengembangkan batinnya sendiri dan membimbing dalam jalan yang benar. Di samaping melayani kebutuhan ritual, seorang bhikkhu harus tekun mempelajari Dhamma dan bermeditasi untuk mengembangkan kebijaksanaan, disamping menjalankan sejumlah peraturan kebhikkhuan.

Secara umum, corak kehidupan bhikkhu bisa dibedakan atas dua jenis, yaitu:

* Bhikkhu yang mengutama latihan yaitu para bhikkhu yan senang bermeditasi dihutan-hutan atau ditempat-tempat terpencil untuk mengembangkan kebijaksanaannya. Mereka umumnya hidup menyepi, jauh dari keramaian, dan hanya mengunjungi umat pada saat pindapata untuk menerima persembahan dana makanan.
* Bhikkhu yang mengutamakan pelayanan terhadap umat yaitu para bhikkhu yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Ada yang menjadi guru agama, melayani kebutuhna umat untuk melakukan upacara ritual, menjadi penerjemah, ikut aktif dalam organisasi sosial keagamaan, dan lainlain.

Kedua kelompok bhikkhu ini mempunyai penekanan dalam praktik yang berbeda. Namun bukan berarti bahwa kelimpok yang satu tidak melayani masyarakat dan yang lainnya tidak pernah bermeditasi untuk mengembangkan batin. Kedua kelompok ini sama-sama harus melaksanakan praktik meditasi maupun pelayanan kepada masyarakat, hanya saja penekanannya berbeda.

Tak mungkin ada bhikkhu yang mengutamakan latihan kemudian hidup tanpa memerlukan umat. Ia tetap masih memerlukan partisipasi umat, dan ia masih tetap berkomunikasi dengan umat jika ada yang datang meminta nasihat kepadanya. Begitu pula, kelompok bhikkhu yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat pun harus memikirkan perkembangan batinnya. Ia harus tetap tekun menjalankan sila dan bermeditasi agar bisa tercapai cita-citanya sebagai bhikkhu.

Dalam sebuah vihara, biasanya terdapat semacam peraturan yang disepakati bersama oleh setiap bhikkhu sebagai jadwal kegiatan rutin. Pagi hari, biasanya mereka melakukan pembacaan paritta pagi dan melakukan meditasi sebelum tiba saat untuk sarapan pagi.

Setelah itu, para bhikkhu menerima umat/tamu, berbincang-bincang atau memberikan wejangan Dhamma. Ada bhikkhu yang memenuhi permintaan umat untuk membacakan paritta, ada pula yang belajar.membaca ajaran-ajaran Sang Buddha di perpusktaan, dan sebagainya.

Bhikkhu akan makan siang sekitar pukul 11-12 siang. Setelah berisirahat sebentar, para bhikkhu ada yangmenerima tamu, ada yang memberikan ceramah, ada yang mengajar di sekolah sebagai dosen, ada yang mengerjakan tugas organisasi, ada yang belajar Dhamma, dan lain-lain.

Menjelang malam hari, para bhikkhu kembali membacakan paritta senja dan melakukan meditasi. Malam hari biasanya para bhikkhu diundang untuk membacakan paritta di rumah-rumah duka, memberikan ceramah dalam kebaktian, dan sebagainya.

Pada setiap hari uposatha, para bhikkhu akan berkumpul di depan altar Sang Buddha di Uposathagara untuk mendengarkan pembacaan patimokkha (aturan kedisplinan), yang biasanya diawali dengan pemberitahuan atau saling meminta maaf atas pelanggaran-pelanggaran terhadap vinaya.

Sehari sebelum hari uposatha para bhikkhu melakukan dandakamma (mencukur rambut, kumis dan jenggot).

Bagi bhikkhu yang tinggal di kota-kota besar, kegiatan untuk melayani umat sering merupakan kegiatan terbanyak. Sebab tidak sedikit umat yang mengundang bhikkhu untuk kepentingan ritualnya, antara lain untuk pemberkatan rumah/usaha baru, menerima undangan makan, membaca paritta untuk orang sakit/ meninggal, dan lain-lain.

Disamping itu, tak jarang bhikkgu harus menjadi “pendengar” yang baik ats semua keluhan/penderitaan yang dialami oleh umat, kemudian berusaha untuk memberikan jalan keluarnya berdasarkan ajaran Sang Buddha. Entah disadari atau tidak, mayoritas umat Buddha pasti mengharapkan agar bhikkhu bisa membantunya untuk menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya, baik itu persoalan keluarga, dagang, hubungan antar manusia, dan sebagaianya.

Perilaku Umat Terhadap Bhikkhu

Di dalam Sigalovada Sutta, Sang Buddha berkata kepada seorang pemuda yang bernama Sivali:

“Dengan enam cara seorang bhikkhu akan melayani umat”

1. Mencegah mereka berbuat jahat.
2. Menganjurkan mereka berbuat kebajikan.
3. Mencintai mereka dengan penuh kasih sayang.
4. Mengajar sesuatu yang mereka belum pernah dengar.
5. Memperbaiki dan menjelasskan sesuatu yang mereka pernah dengar.
6. Menunjukkan jalan ke Nibbana.

Dan, dengan lima cara seorang umat akan melayani para bhikkhu:

1. Dengan perbuatan yang penuh kasih sayang.
2. Dengan ucapan yang ramah tamah.
3. Dengan pikiran yang penuh kasih sayang.
4. Dengan selalu membuka pintu untuk mereka.
5. Dengan memberikan keperluan hidup mereka.

Sang Buddha mengajarkan tentang perilaku timbal-balik antara bhikkhu dan umat./ Setiap bhikkhu mempunyai kewajiban terhadap umat, dan setiap umat pun harus melaksanakan kewajibannya kepada bhikkhu. Cara hidup yang saling menguntungkan, saling bantu-membantu, dan saling menyokong ini hendalnya selalu kita terapkan.

Kesediaan bhikkhu untuk selalu melayani umat membuat para bhikkhu semakin dekat di hati umat. Suasana keakraban tercipta lewat keramahan para bhikkhu. Lambat laun hal ini membuat umat semakin terbiasa dengan kebiasaan para bhikkhu. Sehingga keakraban ini kadang kala membuat umat menjadi lupa diri. Tanpa disadari sering terlontar ucapan-ucapan yang tidak pantas untuk disampaikan kepada seorang bhikkhu.

Misalnya: kata-kata “guyonan’ yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi teman sebaya, “Hei, Bhante.” “Dasarn, Bhante.” “Kesini dong, Bhante.” Dan masih banyak lagi contoh-contoh sapaan lain yang tapa sadar terlontar dari mulut umat yang akhirnya mengabaikan tata krama karena “merasa’ sudah cukup “akrab” dengan para bhikkhu.

Pernah suatu ketika, seorang ibu yang cukup lanjut usia datang ke sebuah vihara. Dengan muka yang cukup sedih dia masuk ke kuti. Kebetukan ada seorang bhikkhu di dalamnya. Dengan kesedihannya, ibu ini datang menghampiri bhikkhu seraya ingin memegang tangan bhikkhu untuk memberikans alam. Tentu saja bhikkhu ini buru-buru menghindar untuk mencegah “kontak” yang tidak perlu. Ketidak-tahuan membuat ibu ini berbuat demikian.

Ada lagi kasus lain yang pernah terjadi di sebuah vihara. Seorang gadis menelephon untuk minta bicara dengan seorang bhikkhu. Kebetulan bhikkhu itu tidak berada ditempat. Gadis ini denga kalimatnya yang cengene terus memaksaakan ingin bertemu dengan bhikkhu yang dicarinya.

Pantaskah tindakan ini bagi seorang umat yang menghormati bhikkhunya?

Disaat seseorang mengalami musibah, menghadapai persoalan atau mengalami depresi, seorang bhikkhu sering menjadi tempat untuk meminta bimbingan dan nasihat yang paling tepat. Umat yang demikian akan sering mengunjungi bhikkhu untuk berkonsultasi, dan bhikkhu pun akan selalu siap untuk membantu.

Lama kelamaan, umat akan semakin mengagumi bhikkhu. Ia akan melihat bhikkhu sebagai seorang insan yang sangat baik dan sangat bijaksana. Bhikkhu adalah orang yang penuh pengertian, yang bisa memahami kesulitan yang kita hadapi dan bisa membantu kita dalam suka dan duka.

Pandangan yang penuh kekaguman ini lambat laun akan berkembamng, berkembang, dan berubah, menjelam menjadi perasaan simpati, akhirnya berubah wujud menjadi “kemelekatan”. Beruntunglah kalau umat dan bhikkhu segera menyadari hal ini. Jarak tetap akan dijaga.

Namun, bagaimana kalau hal sebaliknya yang terjadi?

Bhikkhu pun Perlu Dukungan.

Hendaknya umat menyadari pengabdian seorang bhikkhu yang tanpa pamrih. Pelayanan bhikkhu terhadap umat seharusnya dibalas dengan perilaku yang baik dan sopan. Pengethuan umat tentang peraturan yang dijalankan oleh para bhikkhu mutlak diperlukan agar bisa membantu para bhikkhu dalam menjaga kemurnian sila.

Kelanggengan kebhikkhuan seseorang sangat diperlukan, baik oleh bhikkhu itu sendiri maupun oleh umat Buddha. Seorang bhikkhu perlu mempertahankan keteguhannya dalam menjalankan vinaya, agar cita-cita luhurnya bisa tercapai. Umat pun perlu mengusahakan agar setiap bhikkhu dapat hidup dengan layak, jauh dari segala godaan yang bisa mempengaruhi pratik kehidupan sucinya, sehingga para bhikkhu tetap bisa memberikan pelayanan ritual dan bimbingan Dhamma kepada kita semua.

Dengan sangat sulit untuk melepaskan ikatan keduniawian. Sangat sulit untuk melangkah memasuki dunia kebhikkhuan. Oleh karena itu, sangat langka bhikkhu yang baik di tanah air kita.

Dengan menyadari hal ini, dengan mengutamakan kepentingan orang banuyak, marilah kita ciptakan kondisi yang baik untuk seorang bhikkhu melaksanakan kehidupan sucinya. Mereka pun butuh dukunga moral dari setiap umat Buddha, sebagaimana kita membutuhkan bimbingan Dhamma dari mereka.

Sumber : Artikel Buddhis . http://www.facebook.com/group.php?gid=62042742642&ref=search#!/artikelbuddhis?v=wall

Jumat, 18 Juni 2010

Langit dan Bumi

Langit dan bumi adalah kekal,
Langit dan bumi kenapa bisa bertahan lama?
Karena kehadirannya tidak untuk diri-Nya.
Maka mereka mampu bertahan lama.
Orang bijak selalu menempatkan dirinya di belakang rakyat.
Maka dia bisa berada di depan rakyat.
Dia membuang kepentingan pribadinya di luar dirinya.
Maka dia mampu bertahan lama.
Karena tidak mempunyai kepentingan pribadi dia bisa berhasil.

Penjelasan :
Langit dan Bumi dari dulu sampai sekarang masih yg itu itu juga.. Kedua nya kekal. Kenapa bisa demikian? karena keberadaan kedua bukanlah untuk dirinya dan terus memberi kehidupan kepada semua ciptaan-Nya tanpa pamrih.

Orang bijak belajar dari perilaku alam semesta, berbakti kepada rakyatnya, memberi tanpa ingin meninggalkan bekas dan tidak memgharapkan balasan, dan selalu mementingan kepentingan rakyat. Itulah sebabnya dia mampu bertahan lama
dan mecapai keberhasilan yang gemilang. Walupun sudah banyak berjasa, dia tidak pernah menonjolkan diri dan menuntut balas jasa. Justru dengan demikian, jasa tidak akan lari dari dirinya.

Buddhisme Mendapatkan Penghargaan Sebagai Agama Berbaik di Dunia

Buddhisme Mendapatkan Penghargaan
Sebagai Agama Berbaik di Dunia


Sungguh menarik membaca bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai 'Agama Terbaik di Dunia'.

15 Juli 2009, Tribun de Geneve

Koalisi International berdasarkan Jenewa untuk Kemajuan Agama dan Spiritualitas (The Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality- ICARUS) telah memberikan penghargaan kepada Komunitas Buddhis sebagai 'Agama Terbaik di Dunia' tahun ini.

Penghargaan khusus ini dipilih dalam suatu pertemuan internasional dengan lebih dari 200 pemimpin keagamaan dari semua bagian spectrum spiritual. Sangatlah mengagumkan untuk dicatat bahwa banyak pemimpin keagamaan lebih memilih Agama Buddha daripada agama mereka sendiri. Meskipun pengikut Buddha hanyalah sebagian kecil dari anggota ICARUS.

Berikut ini empat komentar dari anggota pemilih.

1.> Jonna Hult, Direktur Riset ICARUS mengatakan 'Tidaklah mengejutkan bagi saya bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai Agama Terbaik di Dunia, karena kita tidak dapat menemukan satu kejadian perang pun yang dilakukan atas nama Agama Buddha. Dibandingkan dengan agama-agama lain yang sepertinya menyimpan sepucuk senapan dalam almarinya untuk dipergunakan apabila Tuhan membuat suatu kesalahan, kita bahkan sulit menemukan seorang umat Buddha yang pernah menjadi tentara. Orang-orang ini melaksanakan hal yang telah mereka ceramahkan sehingga kita tidak lagi bisa menyetarakannya dengan tradisi spritual lainnya.

2.>Seorang pastur Katholik, Romo Ted O`Shaughnessy mengatakan dari Belfast, "Sebagaimanapun saya mencintai Gereja Katholik, saya selalu terganggu karena kita mengajarkan cinta kasih seperti yang terdapat dalam kitab suci namun kemudian mengatakan bahwa kita menyatakan mengetahui kehendak Tuhan saat kita membunuh sesama manusia. Untuk alasan itulah saya harus menjatuhkan pilihan saya kepada Agama Buddha.

3.>Seorang pemimpin Muslim Tal Bin Wassad menyetujui dari Pakistan melalui penerjemahnya, "Meskipun saya seorang Muslim yang taat, saya dapat melihat sedemikian banyak kemarahan dan pertumpahan darah yang disalurkan sebagai ungkapan keagamaan daripada berhubungan dengan urusan pribadi."
"Umat Buddha telah memecahkan masalah itu", lanjut Bin Wassad, anggota ICARUS yang memberikan suara untuk kelompok Muslim Pakistan, "Sebenarnya, sebagian teman akrab saya adalah umat Buddha.."

4.>Rabbi Shmuel Wassertain mengatakan dari Jerusalem, "Tentu saja saya mencintai Agama Yahudi, dan saya pikir itulah agama terhebat di dunia. Namun, sejujurnya sejak tahun 1993 saya telah melaksanakan meditasi Vipassana setiap hari sebelum minyan (doa sehari-hari umat Yahudi). Jadi saya mengerti hal itu."

Bagaimanapun juga ada satu masalah, ICARUS tidak dapat menemukan seorang pun untuk menerima penghargaan itu. Semua umat Buddha yang mereka hubungi tetap mengatakan menolak penghargaan itu.

Ketika ditanya alasan kolompok Buddhis Birma menolak penghargaan tersebut, bhikkhu Ghurata Hanta mengatakan dari Birma,"Kita berterima kasih atas pernyataan tersebut, namun kita memberikan penghargaan itu untuk semua umat manusia, karena sifat keBudhaan berada dalam setiap diri kita."

Groehlichen kemudian berkata "Kita akan terus menghubungi semua fihak sehingga kita menemukan seorang umat Buddha yang mau menerimanya, Kita akan memberitahukan kepada Anda apabila kita telah menemukannya. "

Thx to : Sishi Devi

Rabu, 16 Juni 2010

Wat Pa Maha Kaew, Kuil Yang Dibangun Dari Jutaan Botol





Wat Pa Maha Kaew di Thailand, kuil yang dibangun dari jutaan botol aneka bentuk. Berawal dari tahun 1984 di mana pendeta pendeta buddha mengumpulkan botol botol unik untuk menghias kuil mereka. Botol botol yang terkumpul itu kemudian ditata ternyata menjadi pemandangan menarik.

Akhirnya diputuskan membangun kuil dari botol2 kolek
si yang jumlahnya demikian banyak, bentuk dan warnanya pun aneka macam. Keadaan ini kemudian mendorong para pengunjung kuil untuk ikut menyumbangkan botol botol miliknya.Dari jutaan botol yg terkumpul itulah akhirnya berhasil dibangun kuil berikut bangunan pendukungnya. Bahkan botol jugalah yang menjadi dekorasi utama di dalam kuil. Sungguh pemandangan unik dan menarik.Kuil unik ini berada Provinsi Siasaket, 370 miles sebelah utara ibukota Thailand. Konaon jumlah botol untuk pembangunan seluruh kompleks mencapai 1,5 juta botol. Termasuk ruang kaca, krematorium bahkan toilet pun terbuat seluruhnya dari botol.



Selasa, 15 Juni 2010

Ruang Sempit Hati Luas

Dengan wajah kusut seorang lelaki datang ke Vihara menemui seorang Bhikkhu tua, "Aku benar benar kacau!" ujarnya.

"Aku memilki 5 orang anak dan seorang istri sementara rumahku begitu sempit. Semuanya menjadi semakin kacau ketika ibu dan ayah mertuaku tinggal bersama kami, aku bahkan tidak bisa bernafas dirumahku sendiri..."

Bhikkhu tua yang bijaksana itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, belilah 5 ekor ayam lalu masukan ke rumahmu." Meski binggung dengan saran Si bhikkhu, lelaki itu lalu membeli 5 ekor ayam seperti nasihat bhikkhu dan memasukkannnya kedalam rumah. Esok harinya ia segera menemui bhikkhu tua lagi, kali ini wajahnya benar-benar tambah kusut. "Ayam-ayam itu berkeliaran ke sana- ke mari dan mereka berak dimana-mana, rumah kami semakin sempit dan kami tak tahan lagi dengannya."

Si bhikkhu tua hanya tersenyum lalu berkata,
"Apakah kau memiliki kambing?"
"Ya, aku punya 3 ekor kambing di belakang rumahku."
"Kalau begitu," Ujar Bhikkhu tua, "Pulanglah dan masukkan kambing itu bersama ayam-ayammu."
"Bhante (panggilan untuk bhikkhu) jangan bergurau?" ujar lelaki itu.
"Apakah kau lihat ada gurauan di wajahku?" balas si Bhikkhu.

Lelaki itu menggeleng. Meski kadang aneh, si bhikkhu tua bukanlah seperti orang kebanyakan, apa yang tersembunyi bagi kebanyakan orang, begitu terlihat jelas olehnya. Orang-orang mengatakan beliau adalah orang suci, siswa Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian tertentu. Karena itu lelaki itu pun pulang. Lalu, meski dengan wajah binggung,ia memasukkan juga kambing-kambing miliknya ke dalam rumah.

Esoknya lelaki itu segera bergegas menemui Bhikkhu tua,"Aduh, bhante.Kami benar-benar tidak tahan lagi, semalaman kami tidak bisa tidur karena kambing-kambing itu menempati ranjang kami. Baunya membuat kami gila."

Seperti kemarin, si bhikkhu hanya tersenyum. "Pulanglah, sekarang kau boleh mengeluarkan semua binatang itu dari rumahmu."

Esok paginya giliran bhikkhu tua yang menemui lelaki tersebut dirumahnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya si bhikkhu tua.
"Sekarang saya merasa senang sekali Bhante, saya tidak pernah menyadari bahwa rumah saya ini ternyata masih cukup luas, walaupun ada ibu dan ayah mertuaku." Sahut lelaki itu dengan wajah berseri.

Bhikkhu tua mendekati lelaki tersebut lalu berbisik, "selama ini memang bukan rumahmu yang kurang luas, tapi hatimu lah yang kurang luas dan bersyukur...."

Usia cuma angka !!

" Yo, loe sering bilang kalau cinta itu sebenarnya suci, dan cinta itu murni, ya kalo disingkat cinta itu suci lagi murni.....

"Loe ngomong apa sih,Led, gw nggak ngerti" potong Leo ketus."
"Gimana, loe mau ngerti, kalo omongan gue belom kelar udah dipotong." jawab led sewot.

"Oke, oke, kalo gitu loe terusin deh, loe mau ngomong apa sih sebenarnya, tapi to the point aja y, nggak usah muter-muter gitu, kenapa sih?" tawar Leo yang diangguki Led.

"Maksud gue, cinta itu nggak memandang apapun juga, cinta itu tidak melihat status, usia, fisik dan latar belakang atau apapun namanya,ya kan?"

"Yup, tepat banget kawan."

"Dan loe juga pernah bilang, cinta itu nggak pandang usia, nggak peduli tua muda, besar kecil, pasti bisa merasakan yang namanya cinta. Tapi permasalahannya, kalau kita sebagai cowok ternyata harus jatuh cinta sama orang yang usianya lebih tua dari kita atau sebaliknya, cewek yang menjalin kasih sama cowok yang jauh lebih muda, apa itu salah?'

"Siapa yang bilang?"

"Ya gue barusan, lagian loe ditanya malah balik tanya." Led menjawab sewot.

"Maksud gue pendapat itu nggak bener Led. Sama sekali nggak bener. Cinta ada di sini (sambil menunjuk dadanya) bukan di usia. Masalahnya bukan pada usia, tapi seberapa besar sih kasih sayang itu. Dan kalau kita memang lebih cocok sama orang yang lebih tua, kenapa nggak? Lagian khan tergantung kita yang ngejalanin. Usia itu khan cuma angka dan cuma deret hitung, nggak lebih. Satu hal lagi, usia nggak selamanya jadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Berapa banyak coba orang-orang muda belia jauh lebih bijak, lebih dewasa dari orang tua sekalipun. Begitu juga sebaliknya, berapa banyak orang tua yang tingkahnya kayak bocah belasan tahun?"

"jadi gue gak salah dong kalau gue mencintai orang yang usia jauh lebih tua ketimbang gue?"

"Jelas, nggak. sebab hakekat sebuah hubungan adalah kecocokan, kebahagiaan dan kemampuan kedua pihak saling mengisi satu sama lain? So, nggak ada urusan berapa pun usia pasangan kita."

"Serius loe?"

"Kalo itu bikin loe seneng, bikin loe bahagia, kenapa nggak ? Lagian sampai detik ini nggak ada larangan untuk mencintai orang yang lebih tua atau lebih muda dari kita, ya kan?" kata Leo yang lebih menyakinkan Led yang masih penasaran.

"Bener nih?" tanya Led lagi, kali ini dengan sumringah.
"Ya, ampun, Led loe masih nggak ngerti ya omongan gue. Loe nggak ngerti bahasa indonesia ya?"

"Bukan nggak ngerti, cume gue nggak yakin aja. Sekali lagi gue tanya sama loe, nggak salah dong kalo gue mencintai orang yang usianya jauh di atas gue?"

"Nggak, nggak, nggak... !!! Puas?!!" kali ini Leo yang sewot.
"Yakin?"
"Banget!"
"Sekalipun yang gue cintai adalah..... nyo- kap- loe....!"
Kata Led terbata dengan rona wajah serius, nggak becanda. Beneran !

"Leo nggak menjawab, dia cuma bengong, lalu.... Brakk... ia jatuh pingsan!

Pingsan, sudah lebih dari cukup sebagai jawaban atas pertanyaan mengejutkan itu.

(Jadi, Led benar-benar lagi jatuh cinta sama ibunya Leo yang memang di kenal sebagai janda cantik lagi seksi di kampung mereka. Usianya 20 tahun lebih tua dari Led dan Leo. Namun, sekali lagi bukankah usia cuma angka?)











NB : nama2 di atas hanya samaran....
hehehehehehehe

Cinta hanya Kendaraan

Cinta hanya Kendaraaan

"Eh, Yo," ujar Led, "Gimana kalo ada orang yang baik banget sama gue tapi gue nggak cinta sama dia, apa gue mesti nerima cintanya?"
"Hmm.." guman Leo sambil terus mengetik artikel yang berjudul usia cuma angka.
"Yo, jawab donk!"
"Leo masih terus mengetik.
" Ugh.. ngetik kok kaya meditasi, sok serius!" pekik Led


Leo, menoleh, menatap led sambil berkata. "Gue justru lagi mikir! Pertanyaan loe tadi butuh pemikiran serius. Sebab masalahnya bukan cuma nolak atau nerima, tapi lebih dari itu!"
"Sok Bijaksana" sewot Led.
"Gue ngeliat apa yang loe nggak liat, gue berpikir apa yang gak terlintas dipikiran loe, karena itu gue tahu apa yang sama sekali loe nggak tahu. Karena itu pula loe selalu nanya ke gue, kan?"
"Weee... Kalo loe lebih tahu, ayo jawab!"
"Kalo gitu jangan loe terima cintanya! Sebab cinta hanya pantas dibalas dengan cinta, bukan dengan hati yang luluh oleh kebaikan atau hutang budi." jawab Leo.
"Tapi kebaikannya itu bener-bener bikin gue nggak tega kalo harus nolak cintanya nanti". sahut Led
"Dia baik sama loe karena rasa cintanya, sementara loe menerima dia bukan karena cinta di dada loe, tapi semata-mata karena rasa nggak enak telah menerima kebaikannya. Jadinya pasti timpang. Gimana kalo ditengah jalan nanti loe jatuh cinta sama orang lain? Apa loe berani jamin kebaikan dia bakal ngalahin rasa cinta loe terhadap orang lain, sehingga loe nggak bakal menghianatinya? Kalo ya, silahkan. Kalo nggak, lebih baik pahit diawal..."

"Led merenung sejenak. Matanya yang bulat jadi menerawang.
"Yo, bukannya kebersamaan akan melahirkan cinta?" ujar Led tiba-tiba.
"Bisa aja, tapi nggak melulu begitu. Bisa juga jadi sebaliknya, cinta melahirkan kebersamaan."
"Cinta melahirkan kebersamaan?"
"iya"
"Lho, cinta khan nggak harus memiliki? kalo nggak memiliki berarti nggak harus bersama donk, sementara gue udah bersama, padahal gue belom cinta sama dia."
Giliran Leo yang bengong. seperti sesosk patung yang yang terpajang di ruang sekretariat,hanya kepalanya yang berulang kali mangut-mangut.

"Tujuan cinta adalah kebersamaan, khan?" ujar Led algi.
"Tujuan cinta adalah kebahagiaan." Sahut Leo dengan sisa bengongnya.
"Gimana bisa bahagia kalo nggak bisa bersama? cinta tanpa bisa memiliki itu khan cuma bikin sakit hati."
"Memang begitu..." sahut Leo melemah...
"Kalo gitu, gue udah sampe tujuan donk?"
"Maksud loe?"
"Gue khan udah bisa bersama, meski gue belom cinta."

Leo makin nggak ngerti.

"Iya, tadi loe sepakat kalo tujuan cinta itu adalah kebersamaan. Nah, gue udah sampai tujuan, khan?

Kali ini Leo tersenyum. Seolah ada bolham menyala di ubun-ubunnya.

"Bener..bener itu, gue sepakat."ujar Leo.
"Kebahagiaan itu tujuan, sementara cinta hanya kendaraan untuk sampai kesana. So, kalo loe udah sampai tujuan, berarti nggak butuh lagi kendaraan. Tapi loe yakin bahagia sama dia?"
"Nggak ada kebahagiaan yang melebihi bahagianya orang yang duduk bersama seseorang yang begitu baik padanya."
"bener,bener itu."
"Jadi boleh nerima cinta dia karena kebaikannya?"
"Kalo alasan loe begitu, silahkan."
"Walaupun tanpa cinta di dada gue?"
"Ya, walaupun tanpa cinta, sebab, kebersamaan dan kebaikannya bakal jadi bibit yang menumbuhkan cinta di dada loe."

Led tersenyum. Hatinya kini benar-benar plong.
"Tapi tunggu!" ujar Leo tiba-tiba.
"Apa lagi?"
"Jangan-jangan loe cuma mau manfaatin kebaikannya dia, ya?"
Led mengerutkan kening.
"Emangnya salah?"
"Bukan cuma salah, tapi nggak bermoral!"
"Lho, dengan manfaatin kebaikannya itu justru gue berlaku adil. Dia memberi dengan ikhlas dan tulus, sementara gue juga menerima kebaikannya dengan ikhlas dan tulus pula.
"Adil banget, khan? Nggak cuma itu, kalo dua orang yang sama-sama ikhlas menyatu, pasti klop banget, Khan?"
"Klop? Memberi dengan ikhlas itu sulit, sebaliknya apa sulitnya menerima dengan ikhlas?" Leo jadi sewot sendiri.

"Jangan salah, Coy! Menerima dengan ikhlas dan tulus itu kenyataannya jauh lebih sulit dari pada memberi dengan ikhlas..." Jelas Led, "Soalnya apa yang kita berikan buat orang lain pasti cuma sebagian kecil dari yang kita miliki. Apa sulitnya sih ngikhlasin yang kecil itu?
Tapi kalo menerima dengan ikhlas, wuiiih sulit Coy! Sebab menerima dengan ikhlas dan tulus berarti loe harus menerima kenyataan bahwa nasib loe nggak lebih baik dari orang yang memberi..."
"Terlalu mengada-ada>" Potong Leo.
"Oke, sekarang gini, ngikhlasin duit satu milyar itu jauh lebih gampang dari pada mengikhlasin misalnya kematian orang tua kita secara mendadak!"
"Yaa..yaa... yang itu gue setuju....." ujar Leo tanpa tahu apa yang mesti di ucapkannya lagi.
"Nah, jadi boleh dongk gue manfaatin kebaikannya dia." Sahut Led sambil cekikikan.
"Dengan satu syarat."
"Apa?"
"Bagi Hasil!"


salam hangat,
Hati yang Hangat ;-)

Bila Cinta Tak Lagi Buta

Bila Cinta Tak Lagi Buta

Juliet akhirnya memilih mati. Ia menegak racun dan tubuhnya terkapar disisi Romeo... Yup! Bagi banyak orang, kisah Romeo dan Juliet adalah simbol kesejatian plus ketulusan cinta. Tapi lain hal dengan Leo. Menurut Leo, Juliet itu bodoh!

"Bukankah kebodohan terbesar di dunia ini adalah ketika seseorang memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri?" Ujar Leo, membela diri.

"Walaupun itu dilakukan atas nama cinta? sahut Led sambil mengerutkan kening.

"Ya," balas Leo sambil menerawang. Seolah ia melihat Juliet di atas langit-langit ruang dayaka di Padum.

"Kebodohan sampai kapanpun akan tetap menjadi kebodohan walaupun dilakukan atas nama cinta..."

"Lho, bukankah cinta itu memerlukan pengorbanan?" sanggah Led.

"Pengorbanan yang dilakukan tanpa logika adalah pengorbanan yang sia-sia. Terbukti, ketika Juliet memilih mati, kisah mereka berakhir. Coba kalau Juliet memilih hidup, mungkin kisahnya akan berakhir dengan bahagia".

"Lho, tapi khan, Shakespeare menginginkan Juliet mati."

"Tapi kematian Juliet bukan semata-mata karena rasa cintanya yang sejati, tapi semata-mata agar ceritanya menjadi menarik. Bukankah cerita yang berakhir dengan tragis akan lebih menarik? Sampek Engtay, Siti Nurbaya, misalnya..."

"Jadi pengorbanan Juliet bukan karena cinta sejatinya pada Romeo?"

"Sudah jelas, khan?"

"Trus apa artinya pengorbanan Juliet?"

"Bagi Romeo, pengorbanan Juliet nggak berarti apapun. Soalnya orang yang udah mati nggak mungkin merasakan cinta lagi. Tapi bagi kita, kematian dan pengorbanan Juliet bisa jadi pelajaran penting :
jangan sampai cinta itu membuat kita buta dan kehilangan logika!" Tegas Leo, sambil mengenang kembali peristiwa akhir tahun 2008 yang lalu, ketika seorang gadis bloon, mau membunuh diri demi mendapatkan hatinya.

Led mengangguk-angguk mesti ia belum sepenuhnya paham maksud Leo. Otak tuh anak emang sulit banget diterka jalan pikirannya. 'Kadang cara berpikirnya suka terbalik, tapi kalau dipikir-pikir ternyata ada benarnya juga.' dalam batin Led berucap.

"Heh, Pernah nonton film titanic, kapal tenggelem" tanya Leo.

Led mengganguk lagi, kali ini sambil menerka apa lagi yang bakal di bahas Leo.

"Cinta Rose kepada Jack pun nggak kalah tulus dengan cintanya juliet kepada Romeo. Tapi ketika Jack akhirnya mati, bukan berarti Rose lantas bubuh diri. Cintanya yang besar dan rasa kehilangan nggak membuatnya kehilangan kendali. Kendali itu tetap ada di otaknya. Itulah cinta sejati."

"Maksudnya ?"

"Kita selalu menyambut kedatangan orang yang kita cintai dengan mata dan hati yang berbinar-binar namun selalu mengiringi kepergiaannya dengan air mata dan keputusasaan. Cinta sejati adalah ketika kita menerima kepergiannya dengan ketulusan yang sama ketika kita menyambut kedatangannya. Karena pengorbanan terbesar adalah ketika kita harus tetap hidup sementara orang yang kita cintai telah mati..."


Salam Hangat,
Hati yang Hangat

Menciptakan Sebab Kebahagiaan, Menghalau Sebab Penderitaan

Menciptakan Sebab Kebahagiaan, Menghalau Sebab Penderitaan

अहिंसा चौर्यविरतिः परदारविवर्जनम्।
मिथ्यापैशुन्यपारुष्याबद्धवादेषु संयमः॥८॥
ahiṁsā cauryaviratiḥ paradāravivarjanam|
mithyāpaiśunyapāruṣyābaddhavādeṣu saṁyamaḥ||

Membunuh, mencuri dan sex yang salah,
Berbicara yang tidak benar, ucapan yang memecah belah,
Berbicara kasar, berbicara yang tak ada gunanya,
Serakah, pikiran jahat dan pandangan salah.

लोभव्यापादनास्तिक्यदृष्टीनां परिवर्जनम्।
एते कर्मपथाः शुक्ला दश कृष्णा विपर्ययात्॥९॥
obhavyāpādanāstikyadṛṣṭīnāṁ parivarjanam|
ete karmapathāḥ śuklā daśa kṛṣṇā viparyayāt|

Semua itu dianggap sebagai sepuluh perbuatan karma tidak baik.
Dan perbuatan kebalikannya adalah sepuluh perbuatan baik.
Tinggalkan yang memabukkan, jalani hidup yang benar,
Jangan punya niat untuk menyakiti, praktikan kemurahan hati.

हिंसया जायतेऽल्पायुः बहवाबाधो विहिंसया।
चौर्येण भोगव्यसनी सश(त्रुः) पारदारिकः॥१४॥
hiṁsayā jāyate'lpāyuḥ bahavābādho vihiṁsayā|
cauryeṇa bhogavyasanī saśa(truḥ) pāradārikaḥ||

Tentang membunuh, orang kemudian lahir pendek umur dalam hidupnya.
Karena menganiaya makhluk lain, orang lalu mengalami banyak penyakit.
Akibat dari mencuri, orang lalu mengalami kehilangan harta benda.
Karena sex yang salah, orang lalu mengalami banyak musuh.

प्रत्याख्यानं मृषावादात् पैशुन्यान्मित्रभेदनम्।
अप्रियश्रवणं रौक्ष्यादबाद्धा(दपार्था?)द्दुर्भगं वचः॥१५॥
pratyākhyānaṁ mṛṣāvādāt paiśunyānmitrabhedanam|
apriyaśravaṇaṁ raukṣyādabāddhā(dapārthā?)ddurbhagaṁ vacaḥ|

Tentang berbicara yang tidak benar, orang lalu bertemu dengan penipu.
Karena ucapan memecah belah, orang lalu terpisah dengan mereka yang amat dicintai.
Karena ucapan yang kasar, orang lalu sering mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan.
Karena berbicara yang tiada guna, orang lalu diremehkan oleh yang lain.

मनोरथान् हन्त्यमिध्या व्यापादो भयदः स्मृतः।
मिथ्यादृष्टिः कुदृष्टित्वं मद्यपानं मतिभ्रमः॥१६॥
manorathān hantyamidhyā vyāpādo bhayadaḥ smṛtaḥ|
mithyādṛṣṭiḥ kudṛṣṭitvaṁ madyapānaṁ matibhramaḥ||

Karena keserakahan, orang lalu menderita karena tidak tercapai keinginannya.
Karena kebencian, orang lalu menjadi subjek dari teror.
Karena pandangan salah, orang lalu menumbuhkan keterikatan terhadap hal-hal yang buruk.
Karena minuman keras, orang lalu pikirannya menjadi bodoh dan liar.

Keterangan:

Adalah sebuah keberuntungan besar terlahir sebagai manusia. Sehat, sejahtera dan memeiliki kemerdekaan dan kebebasan.

Menjalani hidup ini, bagaikan mengayuh sampan mengarungi samudra hidup yang didera oleh riak-riak gelombang suka duka. Ada yang karena karma dan ada juga riak dan gelombang tersebut disebabkan karena kebodohan, kemalasan dan keterikatan kita sendiri.

Hidupmu, kemena ia menuju tergantung padamu. Engkaulah nahkodanya, dirimulah saisnya.

Jadilah nahkoda yang tangguh dengan begitu perahu hidupmu tak akan bisa karam oleh gelombang.
Jadilah syais yang ahli dan handal, sehingga kereta hidupmu membawamu pada kemajuan dan kebahagiaan.

Jauhi sebisanya sepuluh ketidak bajikan diatas, agar engkau tiada menyemai duri-duri yang akan menusuk kakimu sendiri. Racun yang akan membuatmu menderita.

Jalankan sebisanya sepuluh kebajikan, yang akan menjadi manu bagimu, sedikit atau banyak hanya memberimu rasa manis, senang dan bahagia.

Ini tidak mudah, tapi itulah ajalan menuju harapan hidup yang lebih baik.
Jika secara duniawi hidup sudah teratur dan banyak kemudahan,
Ia bisa menjadi batu loncatan menuju pencapaian batin dengan lebih mulus.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Sadhu…sadhu…sadhu…

diCopy dari pesan Vihara Metta

Bhiksuni Virya Guna: Menyikapi "CIONG" sesuai dengan ajaran Buddha Dharma

Dalam kalangan keturunan Tionghua dikenal adanya Ciong beragam orang memberikan pendapatnya tentang hal ini, suhu tidak menjelaskan dari sisi lainnya tapi sebagai umat Buddha yang sudah memasuki pintu Dharma perlu kita menyikapi dengan hal hal seperti dibwah ini :
1. Mempunyai keyakinan /Sraddha yang kuat terhadap ajaran Buddha Dharma ;
2. mempunyai keyakinan/ Sraddha yang kuat terhadap Hukum Sebab –akibat ;
3. mempunyai keyakinan/Sraddha yang kuat terhadap karma buruk, dibuat berarti bibit sudah ditanam, bibit menuas, tumbuh, berkembang dan berbuah, buahnya matang harus kita terima, menerimanya sebagai proses atas karma buruk yang sudah kita buat.
4. untuk mengatasi “ciong yang besar menjadi kecil, kecil menjadi tiada “ dengan kiat-kiat sebagai
berikut :
a. menumbuhkan prilaku, tutur bahasa dan pikiran yang selalu baik ;
b. tidak lagi melakukan melalui prilaku, tutur bahasa dan pikiran yang jelek, artinya yang bertentangan dengan Panca Sila Buddhis, antara lain tidak mengambil nyawa makhluk lain; tidak mengambil barang atau benda yang bukan menjadi miliknya; tidak mengadakan hubungan suami-istri atau berprilaku, tutur bahasa dan pikiran yang menjurus kearah perselingkuhan; tidak mengeluarkan kata-kata dusta, kata-kata kasar/jorok, kata kata yang bersifat menfitnah /lidah bercabang dua, dan kata-kata tidak senonoh; tidak kehilangan kesadaran/minum minuman yg memabokan;
c. mempunyai kesabaran yang penuh dengan pengertian bahwa karma buruk yang berbuah dan matang harus kita terima karena inilah proses pembelajaran dari kehidupan itu sendiri, kita yang buat ya kita harus terima hasilnya, jadi tidak boleh menyalahkan orang lain.
d. Harus bangun dari keterpurukan , semangat mulai hidup baru .
e. Melakukan intropeksi, kesalahan tidak diulang lagi dan kesalahan adalah pengalaman dan proses pembelajaran yang harus dibayar mahal.
f. Belajar menjadi lebih bijak dengan mengerti kekurang dan kelebihan diri sendiri dan belajar dengan mengerti kekuranganan dan kelebihan orang lain.

Nah , kalau kita sudah mengerti dan mau menjalankan hal hal diatas , kalau shio kita ciong pada tahun yang bersangkutan kita sudah mengerti mengantisipasinya, jadi tetaplah berbuat baik, jangan membatasi diri terutama dari kegiatan – kegiatan social kemasyarkatan positif yang bisa menambah karma baik kita.
Semoga keterangan ini bisa menambah wawasan anda dan ciong bukanlah hal yang sangat menakutkan.


By : Bhiksuni Virya Guna

Renungan utk para suami......

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja.

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat!
Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah
mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!

Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan
pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan,
dia hanya memberi penjelasan singkat:

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpanny a di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya ... Saya minta maaf Dad ..."

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal....

Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad".

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu......

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin, dan hari Natal telah tiba. Semangat Natal ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang... Lagu-lagu Natal terdengar diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.

Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya
telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk
tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. . Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasanny a melakukan itu.

Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya?

Jawabanny a, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk mommy.....".

Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?"

Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus".

Setelah mendengar penjelas anny a ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan ....

Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.

Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......

'Mommy sayang',

Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut.. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.

Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah
menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.

Mommy, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat anda? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan
oleh istri saya ....

Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebih anny a, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya.

Papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah,karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang Sun Go Kong yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, "Pa liat"! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. Buku Baru ya Jes?", "Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. "Baca in Jessi dong pa" pinta Jessica lembut, "Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.

Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi" Budi mulai agak kesal, "Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya" "pa, mama cibuk, terus, papa liat gambarnya lucu-lucu", "Lain kali Jessica, sana ! papa lagi banyak kerjaan" Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. "pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka", "Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI !!" kata Budi membentaknya dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya "Iya pa,. lain kali ya pa?"

Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah. "pa kalau papa ada waktu, papa
baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, Buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian"(terbitan KORPAR Choice Katedral), belum pernah dibacakan bagi dirinya.

Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk!!" beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabok yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih "Jessi takut pa, jessi takut ma, Jessi sayang papa mama" darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan
Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali, ",...papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" kata-kata jessi terngiang-ngiang kembali.

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian" yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi dengar papa baca ya" selang beberapa kata,.. hatinya memohon,.lagi "Jessi papa mohon ampun nak" "papa sayang Jessi"
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menagis,..memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.

Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita Karena ia Peduli kepada kita

ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ?

BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI

Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ?

DO IT NOW

Berilah "PERHATIAN TERBAIK" bagi mereka yang kita cintai LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

............HIDUP................

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey
mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:

"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit.
Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh,mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama,
tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus,lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkatberatnya." lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut,istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan dibawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok.
Apapun beban yang ada dipundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi......

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!!

"Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita."