Rabu, 25 Agustus 2010

Kisah Devadatta

DHAMMAPADA XII, 6

Suatu hari beberapa bhikkhu sedang bercakap-cakap diantara mereka sendiri, kemudian Sang Buddha tiba dan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan.

Mereka menjawab bahwa mereka sedang berbicara tentang Devadatta dan kemudian mereka melanjutkan, "Bhante, Devadatta adalah sungguh seorang yang tidak mempunyai moralitas, ia juga sangat serakah. Ia berusaha memperoleh keterkenalan dan keberuntungan dengan mengambil kepercayaan Ajatasattu dengan cara tidak jujur. Ia juga berusaha meyakinkan Ajatasattu bahwa dengan membebaskan diri dari ayahnya, ia akan menjadi raja besar. Hasutan Devadatta dapat mempengaruhi Ajatasattu, sehingga Ajatasattu membunuh ayahnya, raja yang mulia Bimbisara. Devadatta juga telah mencoba tiga kali untuk membunuh-Mu, Guru kami yang mulia. Devadatta adalah benar-benar sangat jahat dan tidak dapat diperbaiki".

Setelah mendengarkan para bhikkhu, Sang Buddha mengatakan pada mereka bahwa Devadatta telah mencoba membunuhnya tidak hanya pada kehidupan sekarang tetapi juga pada kehidupan yang lampau. Sang Buddha kemudian menceritakan tentang pemburu rusa.

"Saat itu, ketika Raja Brahmadatta berkuasa di Baranasi, Buddha yang sekarang ini hidup sebagai seekor rusa, dan Devadatta saat itu adalah seorang pemburu rusa. Suatu hari, pemburu rusa melihat jejak kaki rusa di bawah sebatang pohon. Kemudian ia mengambil sebatang bambu pada pohon tersebut dan menunggu dengan tombak yang diarahkan ke rusa. Rusa tersebut datang tetapi ia datang dengan hati-hati. Pemburu rusa melihatnya ragu-ragu, dan melemparkan beberapa buah-buahan untuk membujuknya. Tetapi hal itu membuat rusa waspada. Ia terlihat lebih hati-hati dan mengetahui ada pemburu rusa pada dahan pohon. Rusa itu pura-pura tidak melihat pemburu tersebut dan berbalik dengan lambat.

Dari jarak tertentu, rusa berseru: "Oh, pohon, kamu selalu menjatuhkan buah-buahmu secara vertikal, tetapi hari ini kamu telah menentang hukum alam dan telah menjatuhkan buah-buahmu secara miring. Sejak kamu menentang hukum alam dari pohon, saya akan meninggalkanmu untuk berpindah ke pohon lain".

Melihat rusa tersebut berbalik pergi, pemburu melempar tombaknya ke tanah dan berkata, "Ya, kamu sekarang dapat berpindah, untuk hari ini saya telah salah perhitungan".

Rusa tersebut yang adalah calon Buddha menjawab, "O pemburu, kamu benar-benar salah perhitungan hari ini, tetapi perbuatan (kamma) burukmu tidak akan keliru, hal ini akan selalu mengikutimu".

Jadi, Devadatta tidak saja mencoba membunuhku sekarang tetapi juga di masa lalu, tetapi ia tidak pernah berhasil.

Kemudian Sang Buddha melanjutkan, "Para bhikkhu! Seperti tanaman menjalar mengelilingi pohon tempat ia berada, demikian juga ia yang tidak mempunyai moral, akan dikuasai oleh nafsu keinginan, akhirnya akan terlempar ke alam neraka (niraya)".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 162 berikut:

Orang yang berkelakuan buruk adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala. Ia akan terjerumus sendiri, seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya.

***

Sumber:

Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor), Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.

Senin, 23 Agustus 2010

Hormati Buddha, Anjing Kecil Ber-anjali

Hormati Buddha, Anjing Kecil Ber-anjali


Bhiksu Joei Yoshikuni di Vihara Shuri Kannondo di Okinawa, Jepang, memelihara seekor anjing kecil. Anjing kecil bernama Conan yang berusia 1,5 tahun itu ternyata bisa meniru gerakan bersujud dan ber-anjali menghormat pada Buddha seperti yang dilakukan tuannya. Ketika berita menarik ini tersebar, dengan segera mengundang kedatangan banyak turis.
Conan merupakan anjing yang cerdas, gerakan penghormatan pada Buddha itu hanya dikuasainya dalam waktu beberapa hari. Bhiksu Joei Yoshikuni menjelaskan bahwa Conan biasanya selalu mengikuti kegiatan kebaktian pagi dan sore. Selain porsi normal makan pagi dan malam yang dipersiapkan untuknya, tak ada makanan ekstra untuk Conan agar bersedia melakukan gerakan ritual Buddhis itu. Dengan kata lain, itu semua adalah gerakan alamiah tanpa ada unsur iming-iming.

Bhiksu Joei Yoshikuni kini sedang mengajari Conan untuk bermeditasi, ya sudah tentu bukan meditasi sebenarnya seperti yang kita lakukan. Bhiksu Joei Yoshikuni menjelaskan, “Yang saya lakukan adalah mencoba membuatnya duduk tak bergerak selama saya bermeditasi. Sudah tentu ia tak mungkin bisa duduk bermeditasi dengan melipat kaki seperti yang kita lakukan.”
=======================================================
NB: Tampaknya ini bukan sekedar menyangkut masalah kecerdasan atau keajaiban, melainkan cenderung menunjukkan pada umat manusia bahwa kehidupan masa lalu itu memang ada dan nyata.

Jumat, 13 Agustus 2010

Pertanyaan umat ttg kegiatan sehari hari

Seorang Umat bertanya kepada Bhante :

" Sebagai umat Buddhist yang baik, apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari agar hidup ini tidak habis sia-sia ? "



Jawaban dari Bhante Uttamo sebagai berikut:

" Adalah niat yang sangat baik untuk mengisi kehidupan ini dengan berbagai hal yang bermanfaat. Dalam Dhamma, mengisi kehidupan ini dapat dilakukan dengan melaksanakan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi.


Kerelaan dimulai dari hal yang bersifat materi. Artinya, seseorang dapat berlatih membagikan kebutuhan pokok berupa pakaian, makanan, obat maupun tempat tinggal serta berbagai kebutuhan hidup lainnya kepada mereka yang memerlukannya. Latihan berikutnya adalah merelakan keakuan yaitu dengan belajar sabar, memberi maaf, memperhatikan kebutuhan orang lain dsb. Dengan melaksanakan kedua tahap kerelaan ini, seseorang akan mampu menerima orang lain sebagaimana adanya. Ia mampu mengerti setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tahap ini akan bermanfaat untuk mengisi kehidupan sehari-hari dengan berdamai pada diri sendiri maupun fihak lain.

Kemoralan dilaksanakan dengan berusaha menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan serta mabuk-mabukan. Dengan melaksanakan kemoralan, seseorang akan dilatih untuk disiplin dalam pengendalian ucapan maupun perbuatan. Kemoralan akan memberikan rasa percaya diri dan menghindarkan diri dari kesalahan kepada lingkungan.

Konsentrasi adalah latihan memusatkan pikiran pada segala sesuatu yang sedang dikerjakan maupun diucapkan. Latihan ini dilakukan dengan membiasakan diri memusatkan pikiran pada obyek tertentu, misalnya proses masuk keluarnya pernafasan yang mengalir secara alamiah. Latihan konsentrasi ini dapat rutin dilakukan setiap pagi bangun tidur dan malam menjelang tidur.


Ketiga pelaksanaan Dhamma ini saling berkaitan dan membentuk kedamaian dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Dengan demikian, upaya mengisi kehidupan ini dapat bermanfaat dan membahagiakan diri sendiri maupun fihak lain bahkan semua mahluk. Inilah upaya mulia memanfaatkan waktu kehidupan tanpa menyia-nyiakannya.

Semoga jawaban ini dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan.
Salam metta,
B. Uttamo "