Jumat, 25 Maret 2011

Hukum Truk Sampah

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke bandara. Kami melaju pd jalur yg benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dr tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.Pengemudi mobil hitam tsb mengeluarkan
kepalanya & memaki ke arah kami.

Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang tersebut. Saya sangat heran dgn sikapnya yg bersahabat. saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"Saat itulah saya belajar dr supir taxi tsb mengenai apa yg saya kemudian sebut "Hukum Truk Sampah".
Ia menjelaskan bahwa byk orang seperti truk sampah.
Mrk berjalan keliling membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan,kekecewaan. Seiring dgn semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat utk membuangnya, & seringkali mereka membuangnya kpd anda. Jgn ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jgn ambil sampah mereka utk kembali membuangnya kpd orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dlm perjalanan.Intinya, orang yg sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dgn merusak suasana hati.

Hidup ini terlalu singkat utk bangun di pagi hari dgn penyesalan, maka kasihilah orang yg memperlakukan anda dgn benar, berdoalah bagi yg tidak. Hidup itu 10% mengenai apa yg kau buat dengannya dan 90% ttg bagaimana kamu menghadapinya.Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi ttg bagaimana belajar menari.

Senin, 21 Maret 2011

Cerita Motivasi Dari Seekor Tikus

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam.


"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak

"Ada Perangkap Tikus di rumah!!! Di rumah sekarang ada perangkap tikus!!"

Ia mendatangi ayam dan berteriak
"Ada perangkap tikus"

Sang Ayam berkata
"Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Lalu sang Kambing pun berkata
"Aku turut bersimpati.. . tapi maaf, tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
"Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.



Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya yang berbunyi. Menandakan perangkapnya telah memakan korban.

Namun ketika melihat perangkap tikusnya, seekor ular berbisa telah terjebak di sana. Ekor ular yang terjepit membuatnya semakin ganas dan menyerang istri si Petani. Walaupun sang Suami berhasil membunuh ular tersebut, namun sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa ular tersebut.

Setelah beberapa hari di rumah sakit, sang istri sudah diperbolehkan pulang. Namun selang beberapa hari kemudian demam tinggi yang tak turun-turun juga. Atas saran kerabatnya, ia membuatkan isterinya sup ayam untuk menurunkan demamnya.

Semakin hari bukannya semakin sembuh, justru semakin tinggi demam isterinya. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk diambil hatinya.

Masih! Istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga ia harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi di rumah itu.

"Nilai-nilai yang bisa kita ambil dari kisah di atas, suatu ketika Anda mendengar seseorang sedang dalam kesulitan atau masalah dan Anda mengira itu bukan urusan Anda, maka pikirkanlah sekali lagi."



Sumber : www.apakabardunia.com

Senin, 07 Maret 2011

Kisah Seorang Ibu Tua

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.



Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.

“Bu, kita sudah sampai”,kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.

Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata: “Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.

Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan”.

Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.



Mungkin cerita di atas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita di atas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. Kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.



Kiranya cerita di atas bisa membuka pengertian kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu untuk dilahirkan kembali. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

Credits to : Credit to : Dhammadharassa Padumuttara and www.samaggi-phala.or.id

Setiap Kemenangan butuh kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang baca koran…



“Ayah, ayah” kata sang anak…



“Ada apa?” tanya sang ayah…..



“Aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…



Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …



Aku capek, sangat capek …..



Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …



Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…



Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-teman ku, sedang teman – temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…



Aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…



Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata : “Anakku ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”.



Lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Sang anak pun mulai mengeluh: “Ayah mau kemana kita?? Aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalan pun susah karena ada banyak ilalang… Aku benci jalan ini ayah … ”



Sang ayah hanya diam.



Akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu – kupu, bunga – bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…



“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! aku suka tempat ini!”



Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.



“Kemarilah anakku. Ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah.



Sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.



” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah…?”



” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”



” Itu karena orang – orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi. Padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”



” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?”



” Nah, akhirnya kau mengerti”



” Mengerti apa? Aku tidak mengerti”



” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah…. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa – apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”



” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”



” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi….. Ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh. Suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… ”



“Ya ayah, aku tau…. Aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti …. Terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ”



Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Credit to : www.samaggi-phala.or.id

Things to learn ..

suatu hari kedelai milik seorang petani jatuh kedalam sumur. hewan itu menangis memilukan selama berjam - jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukan nya. akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun ( ditutup - karena berbahaya ) jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. dan ia mengajak tetangga - tetangga nya untuk datang membantunya



mereka mulai membawa sekop dan mulai menyekop tanah kedalam sumur. ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai manjadi diam.



setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan kedalam sumur, si petani melihat kedalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. walaupun punggung nya terus ditimpa oleh bersekop - sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan.



ia menguncang -guncangkan badan nya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah, lalu menaiki tanah itu. sementara si petani dan tetangga - tetangga nya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus mengguncangkan badan nya dan melangkah naik.



segera saja, semua orang terpesona ketika keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !



THINGS TO LEARN :

kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran.



cara untuk keluar dari " sumur '' ( kesedihan, masalah, dsb ) adalah dgn mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita ( pikiran dan hati kita ) dan melangkah naik dr " sumur " dengan menggunakan hal - hal tsbt sebagai pijakan untuk melangkah.



kita dapat keluar dari " sumur " yang terdalam dgn terus berjuang, jangan menyerah !! ingatlah aturan sederhana tentang kebahagiaan :

1. bebaskan dirimu dari kebencian

2. bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan

3. nikmati hidup

4. berilah lebih banyak

5. berharaplah lebih sedikit

6. tersenyumlah

7. miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

Credit to : Dhammadharassa Padumuttara

Answer From Your Heart !

ANSWERS FROM YOUR HEART

Mengapa beberapa orang yang sudah beragama Buddha dan sudah belajar dhamma bertahun-tahun kadang masih merasa tidak bahagia?





1. Dalam menghadapi masalah

Hidup kita diibaratkan seperti pohon yang distek. Manusia sebagai pohon yang di stek . Angin diibaratkan sebagai problem dalam hidup kita. Akar diibaratkan sebagai fondasi kita dalam menjalani hidup dan pupuk serta air diibaratkan sebagai dhamma.

Ketika pohon stek yang akarnya belum terlalu kokoh, lalu diterpa oleh angin kencang seringkali pohon itu akan jatuh/ tumbang.

Sama seperti muda-mudi, saat sedang menghadapi masalah curhat dan mendapat nasihat dari orang yang salah. Orang yang tidak punya kebijaksanaan. Misalnya muda-mudi yang terjerumus narkoba. Seharusnya saat menghadapi masalah , kita cerita dan meminta mendapat dari orang yang memiliki wisdom.

Karena itu pohon harus diberikan pupuk dan air, sebagai nutrisi untuk tumbuh dan menjadi kokoh dan pada akhirnya tidak tumbang saat diterpa angin.

Seperti kita juga membutuhkan dhamma dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari agar menjadi orang yang lebih baik lagi dan tentunya punya pemikiran yang luas akan kehidupan dan pada akhirnya bisa menghadapi masalah .

Masalah seringkali dianggap negatif.

Seringkali kita takut menghadapi masalah.

Padahal, tanpa penderitaan kita tidak akan bisa bahagia. Seperti pangeran Sidartha yang harus menderita terlebih dahulu sebelum akhirnya mencapai penerangan sempurna dan menjadi Samma Sang Buddha.

Orang yang berhasil mengatasi masalahnya akan menjadi orang yang lebih dewasa.

Muda-mudi sekarang seringkali mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan masalahnya, bunuh diri. Padahal jika kita bunuh diri, kita akan terlahir di alam yang tidak bahagia.

Problem seberat apapun pasti bisa kita selesaikan dan hadapi, asalkan kita mempunyai semangat.

Seperti kata R.A. Kartini. “Habis Gelap terbitlah Terang”





2. Manusia suka menghakimi

Manusia seringkali menghakimi orang lain, padahal apa yang kita katakan belom tentu benar adanya. Terutama apabila anda adalah orang yang suka menonton acara gosip. Kita seringkali berkometar padahal apa yang sebenarnya terjadi kita tidak tahu dan jika komentar yang kita katakan ternyata tidak benar, kita malah akan menciptakan karma buruk.

Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya atau tampangnya saja.Kita harus juga melihat unsur-unsur dibelakangnya seperti orangtua, leluhur, pendidikan,kebudayaan,dam lingkungan seseorang tersebut. Baru setelah itu kita bisa melihat seseorang secara utuh.

Seseorang bisa menjadi dirinya yang sekarang karena terpengaruh 5 unsur tersebut.

Ingatlah bahwa kita tidak akan pernah bisa sukses jika tidak berdana.



3. Manusia seringkali menyesali perbuatan di masa lalu

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tetapi kita seringkali hanya menyesali perbuatan kita itu, tanpa melakukan sesuatu yang lebih baik sekarang.

Seperti misalnya : dulu sebelum mengenal dhamma, anda suka sekali makan kerang, kepiting dan ikan yang ketika dimasak dalam keadaan hidup, sekarang setelah anda mengenal dhamma, anda hanya menyesali perbuatan anda yang dulunya sering makan kerang,kepiting dan ikan tersebut tanpa melakukan hal lain. Seharusnya anda bisa melakukan fangshen. Yang tentunya lebih bermanfaat daripada hanya sekedar menyesali perbuatan kita di masa lalu.

Karena kita tidak bisa memutar waktu dalam arti tidak bisa mengulang masa lalu, tapi kita bisa memperbaiki diri menjadi baik di masa sekarang dan masa depan.



4. DEEP LISTENING AND LOVING SPEECH

Mengapa saat ini banyak sekali pasangan suami istri yang bercerai dan bertengkar? Mengapa banyak orang yang sering berkelahi?

Karena ,mereka tidak menggunakan deep listening dan loving speech. Mendengarkan dengan sepenuh hati dan kata-kata yang penuh cinta.

Deep listening and loving speech dapat mengubah sesuatu hal yang buruk menjadi baik.

Ketika kita melakukan kesalahan, ada dua kata kunci yang perlu diingat :
a. Ini adalah kesalahan saya

b. Saya minta maaf

Ketika kita melakukan kesalahan kita harus mau mengakuinya, bukan justru malah balas membentak dan berkelahi, mengeluarkan kata-kata kasar dan akhirnya memperkeruh suasana.------ loving speech