Selasa, 15 Juni 2010

Berpacaran Atau Berkuasa?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "pacar" memiliki arti: teman lawan jenis yg tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih.

Jadinya konsep berpacaran adalah ketika kita Memiliki Cinta Kasih, kasih sayang dan Ketulusan. Dan yang paling penting adalah Kepercayaan, Kesetiaan dan Keseimbangan.
Orang berpacaran, karena ingin memilih sendiri jodohnya yang dianggap cocok sebagai pendamping hidup kemudian. Karena biasanya konsep pernikahan itu sendiri tidak main-main, Harapan semua orang adalah sekali menikah untuk selamanya. Bersanding dengan orang yang sangat menyayangi dan mencintainya sampai akhir hidupnya. Walau di jaman sekarang slogan tersebut sepertinya hanya menjadi 'janji manis' pada saat pernikahan, dan tentunya tidak semua pasangan demikian adanya, semua kembali pada pribadi masing-masing dalam menjalaninya

Pada Orang-orang jaman dulu pada umumnya kebanyakan menikah karena dijodohkan, mereka tidak mengerti memilih apalagi berani menentang kehendak orang tuanya. Entah mengapa, mereka mampu bertanggungjawab atas pernikahan itu sendiri dan memiliki anak yang banyak yang mendampingi hidup mereka, apalagi konsep 'banyak anak banyak rejeki' dan banyak kisah nyata juga tentang kerukunan hidup keluarga besar ini. Walau tidak dipungkiri sebagian dari kaum bangsawan memiliki lebih dari satu isteri sebagai bentuk 'kekuasaan'nya, tetapi pada umumnya angka perceraian sangat jarang terjadi. Bila kita bertanya apakah ada kebahagiaan dalam pernikahan masing-masing pasangan? tentu jawabnya kembali lagi pada masing-masing pribadi.

Kesimpulan: Baik jaman dulu maupun jaman sekarang, Kebahagiaan dalam berumah tangga akan kembali pada masing-masing pribadinya. Mau bahagia atau tidak bahagia tergantung bagaimana menjalani Hidup itu sendiri, mengisi satu dengan yang lainnya, memiliki tanggungjawab dan sebagai pendamping hidup yang bertekad untuk setia dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Nah kembali masalah pacaran, Ketika jaman sekarang kita boleh memilih kembali pasangan hidup kita, ketika kita diberi kepercayaan untuk saling mengamati dan saling menjajaki satu dengan yang lainnya, inilah masa-masa kita dapat menganalisa siapa pendamping hidup kita.
Ketika kata cinta dikatakan, sesungguhnya apa yang terjadi?
Ada Harapan disana, dan bila harapan itu mendapat jawaban yang meyakinkan sehingga bertepuklah kedua tangan, dan disana pula lah stempel "MILIKKU" telah dibubuhkan.
Pacarku adalah MILIKKU, hanya aku yang dapat MENGUASAInya, orang lain sama sekali tidak ada hak. Nah sesungguhnya apa yang terjadi, "AKU" telah bermain disini, sebelum pacaran, siapapun tidak berhak mengandeng seseorang, apalagi yang lainnya. Tetapi setelah ada 'Proklamasi Berpacaran' Semua menjadi berubah.

Banyak Pasangan yang berpacaran pada awalnya memiliki banyak teman, kini perlahan-lahan menjauh atau dijauhi dari teman-temannya. Banyak pasangan yang akhirnya menjadi 'terkukung' pada keputusan untuk menjauhi teman-teman baiknya, apalagi 'mantan-mantan'nya. Akhirnya bentuk 'Kekuasaan' baru pun telah terjadi sebagai permasalah dalam berpacaran.
Melupakan proses awal dari pacaran adalah membangun hubungan penuh cinta kasih, kepercayaan dan kesetiaan.

Ketika kita telah mengatakan setia, sudah tentunya tidak akan menyakiti pasangannya, tanpa harus di 'teror' pun kesetiaan itu akan tetap ada. Menyangkut kepercayaan seseorang, memang tidak mudah untuk menjadi orang yang dipercaya atau yang mempercayai, tetapi ketika kepercayaan ini dipegang teguh, tidak perlu lagi ada camera pengawas atau mata-mata yang mengintai setiap saat.
Bentuk-bentuk 'teror' kecil inilah yang kerap dirasakan sebagai 'belenggu' dalam berpacaran.
akhirnya stress, mewarnai dunia anak muda, Stress dan Kecemburuan yang luar biasa mewarnai dunia percintaan, yang seharusnya dibina dengan keharmonisan dan kerukunan.

Satu langkah yang bijak adalah membangun Kesadaran, bahwa seharusnya kita sendiri yang menentukan hidup kita, bukan orang yang baru 'datang' dalam hidupnya kemudian 'mengatur' dan 'merengut' semua kebebasan dan kehidupan anda. Bila dalam proses berpacaran saja, sudah dirasakan Krikil-krikil yang 'bahaya' mengapa masih mau bertahan sampai menikah kemudian, jangan lupa pacaran adalah proses 'pemilihan' agar jangan sampai salah pilih. dan memang penyesalan akan selalu muncul belakangan.
Kekhawatiran yang muncul pada saat berpacaran, mungkin hanya satu atau dua orang, tetapi ketika menjadi sebuah pernikahan, sudah lagi melibatkan 2 keluarga dan banyak faktor yang akan menjadi perhatian besar.

Kata 'putus' rasanya jauh lebih indah di banding kata 'cerai' walau semua ada konsekuensinya masing-masing, demi sebuah kebahagiaan. demi kenyamanan dalam perjalanan kemudian.
Tetapi jauh lebih penting dari sekedar membuat pernyataan 'putus' atau 'cerai' adalah Merubah diri dan mengubah pola berpikir, serta memperbaiki hubungan yang sudah tidak harmonis. Yakinlah setiap orang bisa berubah, dan setiap orang mampu untuk berubah, hanya membutuhkan waktu, membutuhkan proses.
bila sesuatunya masih bisa diperbaiki, mengapa harus dihancurkan. Tetapi bila memang diperbaiki saja sulit, yah lebih baik mengakhiri untuk membangun kembali sesuatunya dari baru lagi.

Jaman semakin canggih, semakin instan, semakin berat tantangan hidup, semakin banyak masalah yang muncul, dengan adanya teknologi menyebabkan masalah-masalah baru terjadi, tetapi semua kembali lagi pada masing-masing pribadi bagaimana menyikapinya dengan bijak.

Akhir kata, jadikanlah calon atau pasangan hidup anda sebagai sahabat, sebagai orang yang paling dekat, tempat berbagi, tempat saling mengasihi, dan membina kebahagiaan. walau ada perbedaan, tetapi jadikan perbedaan itu sebagai satu bentuk warna baru dalam hidup anda. Pacaran bukan Menguasai. Pacaran bukan saling menyakiti, pacaraan juga bukan suatu 'harga mati'. karena tujuan dari kehidupan adalah mencari kebahagiaan. semoga anda semua bahagia. Saling menyayangi dan saling mengisi.

Artikel ini dibuat bagi mereka yang membutuhkan solusi bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
Anggap sebagai wacana, dan kembali ingat pada prinsip hukum sebab akibat itu sendiri.
Bila kita ingin bahagia, buatlah orang lain bahagia. Carilah pasangan yang sesuai dengan anda.
akhir kata seperti yang sering Chu Pat kai katakan: "Cinta Derita Tiada Akhir"
"Siap mencintai, siap memberi dan mengisi"
"Siap mencintai, siap juga mengakhiri"
apapun kondisinya "SIAP GRAK!", "Maju ... Jalan!"
By:Sakya Sugata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar