Selasa, 15 Juni 2010

Cinta hanya Kendaraan

Cinta hanya Kendaraaan

"Eh, Yo," ujar Led, "Gimana kalo ada orang yang baik banget sama gue tapi gue nggak cinta sama dia, apa gue mesti nerima cintanya?"
"Hmm.." guman Leo sambil terus mengetik artikel yang berjudul usia cuma angka.
"Yo, jawab donk!"
"Leo masih terus mengetik.
" Ugh.. ngetik kok kaya meditasi, sok serius!" pekik Led


Leo, menoleh, menatap led sambil berkata. "Gue justru lagi mikir! Pertanyaan loe tadi butuh pemikiran serius. Sebab masalahnya bukan cuma nolak atau nerima, tapi lebih dari itu!"
"Sok Bijaksana" sewot Led.
"Gue ngeliat apa yang loe nggak liat, gue berpikir apa yang gak terlintas dipikiran loe, karena itu gue tahu apa yang sama sekali loe nggak tahu. Karena itu pula loe selalu nanya ke gue, kan?"
"Weee... Kalo loe lebih tahu, ayo jawab!"
"Kalo gitu jangan loe terima cintanya! Sebab cinta hanya pantas dibalas dengan cinta, bukan dengan hati yang luluh oleh kebaikan atau hutang budi." jawab Leo.
"Tapi kebaikannya itu bener-bener bikin gue nggak tega kalo harus nolak cintanya nanti". sahut Led
"Dia baik sama loe karena rasa cintanya, sementara loe menerima dia bukan karena cinta di dada loe, tapi semata-mata karena rasa nggak enak telah menerima kebaikannya. Jadinya pasti timpang. Gimana kalo ditengah jalan nanti loe jatuh cinta sama orang lain? Apa loe berani jamin kebaikan dia bakal ngalahin rasa cinta loe terhadap orang lain, sehingga loe nggak bakal menghianatinya? Kalo ya, silahkan. Kalo nggak, lebih baik pahit diawal..."

"Led merenung sejenak. Matanya yang bulat jadi menerawang.
"Yo, bukannya kebersamaan akan melahirkan cinta?" ujar Led tiba-tiba.
"Bisa aja, tapi nggak melulu begitu. Bisa juga jadi sebaliknya, cinta melahirkan kebersamaan."
"Cinta melahirkan kebersamaan?"
"iya"
"Lho, cinta khan nggak harus memiliki? kalo nggak memiliki berarti nggak harus bersama donk, sementara gue udah bersama, padahal gue belom cinta sama dia."
Giliran Leo yang bengong. seperti sesosk patung yang yang terpajang di ruang sekretariat,hanya kepalanya yang berulang kali mangut-mangut.

"Tujuan cinta adalah kebersamaan, khan?" ujar Led algi.
"Tujuan cinta adalah kebahagiaan." Sahut Leo dengan sisa bengongnya.
"Gimana bisa bahagia kalo nggak bisa bersama? cinta tanpa bisa memiliki itu khan cuma bikin sakit hati."
"Memang begitu..." sahut Leo melemah...
"Kalo gitu, gue udah sampe tujuan donk?"
"Maksud loe?"
"Gue khan udah bisa bersama, meski gue belom cinta."

Leo makin nggak ngerti.

"Iya, tadi loe sepakat kalo tujuan cinta itu adalah kebersamaan. Nah, gue udah sampai tujuan, khan?

Kali ini Leo tersenyum. Seolah ada bolham menyala di ubun-ubunnya.

"Bener..bener itu, gue sepakat."ujar Leo.
"Kebahagiaan itu tujuan, sementara cinta hanya kendaraan untuk sampai kesana. So, kalo loe udah sampai tujuan, berarti nggak butuh lagi kendaraan. Tapi loe yakin bahagia sama dia?"
"Nggak ada kebahagiaan yang melebihi bahagianya orang yang duduk bersama seseorang yang begitu baik padanya."
"bener,bener itu."
"Jadi boleh nerima cinta dia karena kebaikannya?"
"Kalo alasan loe begitu, silahkan."
"Walaupun tanpa cinta di dada gue?"
"Ya, walaupun tanpa cinta, sebab, kebersamaan dan kebaikannya bakal jadi bibit yang menumbuhkan cinta di dada loe."

Led tersenyum. Hatinya kini benar-benar plong.
"Tapi tunggu!" ujar Leo tiba-tiba.
"Apa lagi?"
"Jangan-jangan loe cuma mau manfaatin kebaikannya dia, ya?"
Led mengerutkan kening.
"Emangnya salah?"
"Bukan cuma salah, tapi nggak bermoral!"
"Lho, dengan manfaatin kebaikannya itu justru gue berlaku adil. Dia memberi dengan ikhlas dan tulus, sementara gue juga menerima kebaikannya dengan ikhlas dan tulus pula.
"Adil banget, khan? Nggak cuma itu, kalo dua orang yang sama-sama ikhlas menyatu, pasti klop banget, Khan?"
"Klop? Memberi dengan ikhlas itu sulit, sebaliknya apa sulitnya menerima dengan ikhlas?" Leo jadi sewot sendiri.

"Jangan salah, Coy! Menerima dengan ikhlas dan tulus itu kenyataannya jauh lebih sulit dari pada memberi dengan ikhlas..." Jelas Led, "Soalnya apa yang kita berikan buat orang lain pasti cuma sebagian kecil dari yang kita miliki. Apa sulitnya sih ngikhlasin yang kecil itu?
Tapi kalo menerima dengan ikhlas, wuiiih sulit Coy! Sebab menerima dengan ikhlas dan tulus berarti loe harus menerima kenyataan bahwa nasib loe nggak lebih baik dari orang yang memberi..."
"Terlalu mengada-ada>" Potong Leo.
"Oke, sekarang gini, ngikhlasin duit satu milyar itu jauh lebih gampang dari pada mengikhlasin misalnya kematian orang tua kita secara mendadak!"
"Yaa..yaa... yang itu gue setuju....." ujar Leo tanpa tahu apa yang mesti di ucapkannya lagi.
"Nah, jadi boleh dongk gue manfaatin kebaikannya dia." Sahut Led sambil cekikikan.
"Dengan satu syarat."
"Apa?"
"Bagi Hasil!"


salam hangat,
Hati yang Hangat ;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar