Selasa, 15 Juni 2010

Orang-orang Tionghoa zaman dulu selalu menghargai guru-guru mereka

Orang-orang
Tionghoa zaman dulu selalu menghargai guru-guru mereka. Itu adalah nilai
tradisional yang terbentuk antara hubungan antara guru dan pelajar. Dalam
mengajar anak didiknya, guru diharapkan untuk menanamkan ilmu pengetahuan serta
kebijaksanaan mengenai bagaimana untuk berperilaku di tengah masyarakat.
Kewajibannya untuk mengajarkan kebijakan sepanjang hidup yang bernilai ini
bagaikan pepatah, “Seorang guru dalam sehari harus dihargai bagaikan seorang
ayah dalam satu masa kehidupan.” Masyarakat memperhatikan sikap mereka, mereka
mempelajari prinsip kehidupan yang baik, bagaimana berperilaku harmonis dengan
sesama manusia dan alam. Hal-hal inilah yang memungkinkan mereka untuk
mendapatkan pahala. Banyak hal-hal ini dipelajari dari para guru, oleh karenanya
mereka sangat berterimakasih kepada kebaikan guru.

Dibawah
ini adalah kisah antara guru dan murid dari Tiongkok kuno:

Yue
Fei adalah seorang pahlawan dari Dinasti Song. Dia terlahir dari keluarga
miskin, ayahnya meninggal saat dia masih kanak-kanak. Karena tidak punya uang,
ia tidak bisa bersekolah, namun dia punya keinginan kuat untuk belajar, dan
sering ikut belajar dari jendela kelas sekolah saat guru sedang memberi
pelajaran. Karena dia tidak punya pinsil dan kertas untuk menulis, dia hanya
menulis di tanah dengan ranting kayu. Guru Zhou Tong sering memperhatikannya
diam-diam, dan menyadari bahwa anak ini serius mengikuti pelajaran, dan kemudian
menawarkannya sekolah tanpa harus membayar uang sekolah. Sejak saat itu Yue Fei
giat bersekolah. Yue Fei diajari bagaimana untuk menjadi manusia yang berguna
bagi keluarga, masyarakat serta negara. Di buku tulisnya, dia selalu membaginya
demikian: halaman kiri mengenai liteatur, di halaman kanan tentang keahlian
berperang. Dia mempelajari teknik istimewa bagaimana untuk menjadi pemanah jitu.
Karena ketekunannya belajar, dia menjadi master baik di ilmu liteatur dan
keahlian berperang. Dia kemudian diangkat menjadi jendral pada Dinasti Song dan
ditakuti musuh-musuh negara. Saat guru Zhou Tong wafat, Yue Fei mengadakan
upacara duka untuknya dan menghormatinya bagaikan ayah. Sebelum ia wafat, setiap
tanggal 1 dan 15 setiap bulannya, ia mengunjungi rumah mantan gurunya itu, baik
Zhou Tong sedang di rumah atau sedang pergi, Yue Fei tetap datang ke sana untuk
menghormatinya. Dia akan mengeluarkan busur yang diberikan Zhou Tong dan
melepaskan tiga anak panah ke langit. Dia berkata, “Guru telah mengajarkan saya
bagaimana untuk menjadi orang berguna, dan setia pada negara. Guru mengajarkan
saya keahlian tempur dan pemanah jitu dengan busur dan anak panah. Saya tak
dapat melupakan apa yang dia lakukan untuk saya.”

Masyarakat
Tiongkok kuno punya pepatah, “Semua tokoh pendiri aliran Tao, Buddha dan
Konfusius mempunyai guru. Semua kaisar terkenal juga mempunyai guru. Orang-orang
yang tidak menghargai gurunya tidak akan mendapatkan apapun. Semua orang suci di
sejarah menunjukkan penghormatan dan respek mereka terhadap guru-guru mereka,
dan menjadi teladan bagi generasi penerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar